baryons_kbm
  Skripsi
 
PERANAN ORANG TUA TERHADAP KEBERHASILAN ANAK DALAM MEMPELAJARI AL-AQUR’AN DENGAN METODE QIRAATI (studi Kasus di TPQ Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya dan kalbunya yang masih bersih merupakan permata yang sangat berharga. Dalam hal ini jika anak dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika anak dibiasakan dengan keburukan serta ditelantarkan seperti hewan ternak, niscaya dia akan menjadi orang yang celaka dan binasa. Agama Islam memerintahkan para orang tua untuk mendidik anak dan memikulkan tanggung jawab itu di pundak mereka. Apabila orang tua ingin mempunyai anak, orang tua yang memberi hidup, maka orang tualah yang bertanggung jawab. Tujuannya agar setiap orang tua dapat mempersiapkan anak-anaknya sebagai generasi masa depan yang penuh dengan tantangan, seperti krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia sekarang ini yang tidak kunjung berakhir. Kita dapat melihat melalui media massa elektronik maupun cetak, dapat diperoleh gambaran, bahwa berbagai persoalan sosial seperti KKN, anarkisme, lunturnya budi pekerti dan nasionalisme yang silih berganti. Hal mendasar yang menjadi akar dari persoalan sosial tersebut adalah adanya krisis moral dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Maka sudah menjadi keharusan untuk menanamkan nilai ahklakul karimah pada anak-anak sejak usia dini, melalui berbagai media pendidikan di lingkungan keluarga, masyarakat, ataupun lembaga pendidikan formal. Seperti halnya firman Allah SWT, pada surat at - Tahrim ayat 6: يَآيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا... Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka … (At-Tahrim: 66: 6)”. Mengingat anak-anak adalah aset besar orang tua yang bisa memberikan syafaat pada ayah dan ibu mereka kelak di akhirat jika mereka meninggal dunia dalam keadaan masih muda, dan replika amal kebaikan mereka akan diletakkan dalam timbangan ayah ibu mereka, jika mereka tumbuh besar sebagai orang-orang yang sholeh dan beriman, bahkan mereka juga akan mensyafaati orang tua mereka jika gugur syahid di jalan Allah, maka Islam pun menetapkan hak-hak yang harus ditunaikan orang tua pada mereka. Hal yang terpenting adalah nafkah, memperlakukan mereka dengan adil, dan memberi mereka pendidikan dan pengajaran. Selain itu mendidik anak sejak dini dengan yang tepat termasuk salah satu kewajiban terpenting orang tua atau kewajiban rumahtangga secara umum terhadap anak dan masyarakat, dengan asumsi bahwa rumah adalah rumah pertama anak-anak dan jika tidak bisa menjalankan fungsinya maka ia tidak bisa tergantikan dengan institusi atau lembaga pendidikan manapun. Di dalam UU No 2/1989, pasal 10 dibahas tentang pendidikan keluarga sebagai bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan. Selain itu dalam UU Sisdiknas, pasal 7 ayat 1 berisi tentang orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi. Dalam hal ini orang tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak. Sebab orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak, maka orang tualah sebagai kunci utama keberhasilan anak. Langkah pertama merupakan hal paling penting yang harus diperhatikan dan dijaga sebaik-baiknya, karena sesungguhnya seorang anak secara fitrah diciptakan dalam keadaan siap untuk menerima kebaikan atau keburukan. Tiada lain hanya kedua orang tuanyalah yang membuatnya cenderung pada salah satu di antara keduanya. Sehubungan dengan hal ini Rasulullah SAW. pernah bersabda : كُلُّ مَوْلُوْدٍيُولَدُعَلَى اْلفِطْرَة,ِ وَاِنَّمَااَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ, اَوْيُنَصِّرَانِهِ, اَوْيُمَجِّسَانِه Artinya : “Setiap anak itu dilahirkan menurut fitrahnya, maka hanya kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya seorang yahudi, seorang Nasrani, atau seorang Majusi” (H.R. Bukhori) Menurut Zakiah Daradjat, bahwa perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) umur 0-12 tahun. Masa ini merupakan masa yang sangat menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan agama anak untuk masa berikutnya. Dan yang paling berperan dalam hal ini adalah orang tua dalam keluarga. Karena itu, anak yang tidak pernah mendapat didikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka setelah dewasa ia akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama, demikian sebaliknya. Belajar mengaji, membaca dan menulis Al-Qur’an memang harus dimulai sejak kecil. Kefasihan lafadl Arab dan bacaan Al-Qur’an pada umumnya telah terbiasakan sejak usia dini. Perlu disadari bahwa hal ini adalah suatu perkara yang serius bagi setiap keluarga Muslim yang dikaruniai anak. Imam Thabrani meriwayatkan, dari Ali bin Abi Thalib bahwa Nabi SAW, bersabda : اَدِّبُوْااَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ :حُبُّ نَبِيِّكُمْ وَحُبُّ آلِ بَيْتِهِ وَتِلاَوَةِالْقُرْآنِ.(رواه الديلمي) Artinya : “Didiklah Anak-anak kalian dengan tiga buah perilaku, mencintai Nabi kalian, mencintai keluarga Nabi dan membaca Al-Qur’an.”(H.R. Ad-Dailamy) Fenomena yang cukup menggembirakan, dalam era globalisasi ini, perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya sangat meningkat tajam, terutama mengenai masalah pendidikan agama, dimana lembaga pendidikan yang menawarkan program pendidikan plus kurikulum pendidikan agama (Islam) melalui program full day school selalu “diserbu” orang tua yang menginginkan anaknya diterima di lembaga pendidikan tersebut walaupun dengan biaya yang tidak sedikit. Fenomena ini disebabkan kegamangan orang tua mengenai penetrasi globalisasi budaya baru, gaya hidup yang tak lagi mengenal batas wilayah, tradisi dan gaya baru cara berkawan yang mendesakralisasikan pergaulan kaum muda yang telah merongrong dan mengeroposkan spiritualitas kaum muda. Diantara lembaga pendidikan non-formal dengan kekhasan keagamaan (Islam) yang cukup menjadi perhatian dan diminati oleh masyarakat adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Di dalam buku Petunjuk Teknis dan Pedoman Pembinaan TK/TPQ (Kanwil Depag Jatim,1993) dinyatakan bahwa tujuan pendidikan TK/TPQ adalah “menyiapkan anak didiknya agar menjadi generasi muslim yang Qur’ani, yaitu generasi yang mencintai Al-Qur’an, menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan dan sekaligus pandangan hidupnya sehari-hari”. Hadirnya Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah yang berada di Kotagede ada sambutan baik dari masyarakat, terbukti sampai saat ini santrinya mencapai 150-an dibandingkan dengan Taman Pendidikan Al-Qur’an lainnya yang berada di sekitar Kotagede atau Yogyakarta, khususnya Taman Pendidikan Al-Qur’an yang menggunakan metode Qiraati. Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah disingkat TPQNU adalah salah satu lembaga di bawah naungan Kepengurusan Pondok Pesantren Nurul Ummah dan Yayasan Bina Putra. Sejak berdirinya, tanggal 20 Agustus 2001 hingga sekarang adalah merupakan lembaga pendidikan sosial keagamaan yang selalu berusaha untuk istiqomah dan terus menerus berupaya memfasilitasi masyarakat dalam upaya mewujudkan dan mencetak generasi Qur’ani serta generasi yang mau mengamalkan ajaran–ajaran Islam sejak dini. Metode Qira’ati adalah metode yang digunakan dalam lembaga TPQ Nurul Ummah Kotagede, guna menghantarkan anak didik atau santri untuk bisa menguasai baca tulis Al–Qur’an dengan lancar, cepat, tepat dan benar (LCTB) sesuai dengan kaidah tajwidnya. Dalam proses pembelajaran Al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah setiap santri dikelompokkan sesuai dengan kemampuan dalam membacanya bukan sesuai umur sehingga dalam proses belajarnya akan terjadi kesenjangan antara santri yang sering belajar dengan santri yang malas belajar, karena di TPQ Nurul Ummah sistem pembelajarannya menggunakan metode Qira’ati sehingga setiap kenaikan jilid harus diuji oleh penanggung jawab (PJ) Qira’ati pada lembaga yang bersangkutan dan untuk kelulusan tergantung kemampuan santri dalam hal kelancaran, kecepatan, ketepatan dan kebenaranya, apabila santri tidak lulus maka santri tersebut wajib mengulang pada kelas semula. Selain peranserta anak didik, guru/ustadz dalam keberhasilan santri dalam mempelajari Al-Qur’an orang tua juga ikut berperanserta dalam menentukan keberhasilan anak tersebut, karena pada masa anak-anak perlu adanya dorongan atau bimbingan dari orang tua untuk meningkatkan semangatnya. Tujuan membimbing adalah membantu anak menjadi orang dewasa mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. karena setiap orang tua selalu mengharapkan putra-putrinya memperoleh sukses dalam hidupnya. Salah satu area yang dianggap sangat penting adalah keberhasilan anak dalam akademis. Untuk keperluan itu, sebagian besar dari orang tua yang memiliki putra-putri berprestasi adalah menemani anak ketika belajar. Karena orang tua adalah kunci utama keberhasilan anak. Kegiatan belajar-mengajar di TPQ Nurul Ummah dilaksanakan setiap hari kecuali hari minggu dan hari-hari besar Islam sehingga banyak santri yang merasa bosan kalau tidak adanya motivasi langsung dari orang tua, selain itu kegiatan pembelajaran di TPQ Nurul Ummah juga sangat membutuhkan adanya pendampingan dalam belajar terutama ketika di rumah, Adapun bantuan yang amat diperlukan anak, yaitu bantuan memberi semangat, mendorong, menciptakan suasana belajar. Anak yang katanya tidak bisa membuat soal jangan diberi jawaban tetapi diberi dorongan agar berupaya memecahkannya sendiri. Duduk di sampingnya, setengah jam atau satu jam memberi petunjuk sedikit kalau cara belajarnya kurang baik. Karena menurut Kepala TPQ Nurul Ummah anak yang sering didampingi orang tua dalam belajar khususnya materi yang diajarkan di TPQ anak tersebut cenderung lebih cepat khatamnya dibandingkan dengan santri yang hanya dibiarkan oleh orang tuanya begitu saja. Dengan demikian maka penulis akan mencoba meneliti tentang peranan orang tua terhadap keberhasilan anak dalam mempelajari Al-Qur’an dengan metode Qiraati di TPQ Nurul Ummah, karena di TPQ Nurul Ummah merupakan salah satu lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an yang menggunakan metode Qiraati, sehinga menuntut santri untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar-mengajarnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, sebagai berikut: 1. Apa saja usaha-usaha yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dalam mempelajari Al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah ? 2. Bagaimana peran orang tua terhadap anaknya ketika anak dalam mempelajari Al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah ? 3. Bagaimana hasil dari peranserta orang tua terhadap anaknya ketika anak mempelajari Al-Qur’an dengan metode Qiraati di TPQ Nurul Ummah.? C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dalam mempelajari Al-Qur’an dengan metode Qiraati di TPQ Nurul Ummah.? b. Untuk mengetahui sejauhmana peran orang tua terhadap anaknya dalam mempelajari Al-Qur’an dengan metode Qiraati di TPQ Nurul Ummah.? c. Untuk mengetahui sejauh mana hasil dari peran serta orang tua terhadap anaknya dalam mempelajari Al-Qur’an dengan metode Qiraati di TPQ Nurul Ummah.? 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : a. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, terutama untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sosial yang berhubungan dengan peranan orang tua terhadap anak dalam pendidikan. b. Menjadi bahan acuan bagi penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang, terutama penelitian yang berhubungan dengan peranan orang tua terhadap keberhasilan anak di Taman Pendidikan Al-Qur’an. c. Dapat menambah wawasan bagi peneliti tentang peran serta orang tua dalam pendidikan. d. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya peranan orang tua dalam pendidikan terutama di Taman Pendidikan Al-Quran Nurul Ummah. e. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi lembaga pendidikan TPQ Nurul Ummah yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul Ummah dan Yayasan Bina Putra dalam perkembangannya ke depan pada khususnya dan dapat berguna bagi lembaga-lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an lainnya. D. Telaah Pustaka Untuk mencapai hasil penelitian yang ilmiah, diharapkan data-data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dapat menjawab secara komprehensif semua permasalahan yang ada. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi duplikasi karya ilmiah. Dari beberapa laporan penelitian yang penulis baca telah ada yang pernah membahas tentang masalah yang berhubungan dengan peranan orang tua terhadap anak, diantaranya ; Pertama ; Skripsi saudari Aisyah Fakultas tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (2001) yang berjudul “Peran orang tua dalam pembentukan kepribadian muslim anak di Desa Grobog Kulon Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal”, berisi tentang peran orang tua di Desa Grobog Kulon dalam mewujudkan kepribadian muslim pada anak cukup besar, terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak yang perkembangannya baik, mereka selalu mendapatkan perhatian, bimbingan dan didikan dari orang tua, sementara usaha orang tua dalam mewujudkan kepribadian muslim anak antara lain dengan memberikan kasih sayang, menanamkan nilai-nilai agama, membimbing dan mendidik, memberikan teladan yang baik, serta menciptakan suasana yang religius. Kedua ; Skripsi saudari Nailul Fauziah Fakultas Tarbiyah jurusan Kependidikan Islam (2003) yang berjudul “Peran Orang Tua Terhadap Perkembangan Kepribadian Anak Dalam Perspektif Pendidikan Islam” yang berisi tentang perkembangan kepribadian anak berjalan dengan bantuan dari orang tua maupun pendidik, yaitu dengan beberapa fase-fase perkembangan kepribadian anak yang terdiri dari fase keseluruhan tanpa diferensiasi serta peranan orang tua dalam perkembangan kepribadian anak dari berbagai aspek diantaranya : 1. Peran orang tua dalam mengembangkan aspek kejasmanian. 2. Peranan orang tua dalam mengembangkan aspek kejiwaan. 3. Peranan orang tua dalam mengembangkan aspek kerohanian. Ketiga, Skripsi saudari Eva Kusdamayanti Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris MIPA Program Studi Fisika (2003) yang berjudul Peranan Orang Tua Terhadap Pengenalan Sains dan Teknologi pada Anak Prasekolah (Perspektif Islam) yang membahas tentang cara pandang Islam terhadap pendekatan anak serta mengupas tentang tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan, selain itu dibahas tentang besarnya pengaruh pendidikan bagi perkembangan anak prasekolah dan membahas tentang konsep wujud zat dan energi yang dikemas dalam bentuk permainan di mana posisi orang tua sebagai sumber inspirasi dalam memotivasi anak prasekolah. Terkait dengan pernyataan di atas, penulis berinisiatif untuk melanjutkan penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. dengan obyek pembahasan yang berbeda yaitu “Peranan Orang Tua Terhadap Keberhasilan Anak dalam Mempelajari Al-Qur’an dengan Metode Qiraati (Studi Kasus di Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta)” yang membahas tentang peran serta orang tua terhadap anaknya ketika mempelajari Al-Qur’an dengan menggunakan metode Qiraati. E. Landasan Teoritik 1. Peranan Istilah peranan barasal dari kata “peran” yang berarti bagian dari tugas yang harus dilakukan peran mendapat tambahan “an”menjadikan arti peranan menjadi dinamis dari kedudukan (status). Peranan dapat diartikan sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal/peristiwa. Peranan juga dikatakan perilaku/lembaga yang punya arti penting bagi struktur sosial. dalam hal ini maka kata peranan lebih banyak mengacu pada penyesuaian daripada suatu proses. Berdasarkan arti kata tersebut di atas maka yang penulis maksud dengan peranan adalah suatu fungsi dari suatu individu yang mampu merubah struktur sosial dalam masyarakat. Peranan disini lebih menyentuh pada bimbingan dimana riset-riset membuktikan, bahwa ikut berkecimpung/ terlibatnya para orang tua terhadap anak-anak mereka dalam proses belajar, dapat membantu anak-anak dalam meningkatkan kosentrasi. Langkah yang harus diusahakan dalam rangka membimbing anak menuju pembentukan watak yang mulia dan terpuji yang sesuai dengan harapan agama Islam adalah diberi contoh teladan yang baik dan benar, karena anak suka atau mempunyai sifat ingin meniru dan mencoba . 2. Orang Tua Yang dimaksud dengan orang tua adalah “Ibu dan Bapak” dalam hal ini orang tua yang bertanggung jawab atas kehidupan anak maupun keluarganya sendiri, yang harus memberikan dasar dan penghargaan yang benar terhadap anaknya, yakni terhadap kegiatan belajar anak. Adapun peranan yang terpenting dalam masalah ini adalah seorang Ibu dan Bapak. Karena dalam hal ini mengingat seorang Ibu dan Bapak adalah orang yang paling dekat dengan anak yang secara otomatis mengetahui segala perubahan serta karaktar yang dialami oleh seorang anak terutama dalam belajar Al-Qur’an. Sebelum anak mengenal sekolah dan masyarakat lingkungan dimana dia bergaul dengan orang lain, terlebih dahulu ia hidup dalam alam dan udara keluarga. Dalam keluarga itulah dia mengenal pendidikan atau mengenyamnya pada mula pertama kali. Terutama ibunya, sejak dalam kandungan dia telah mempunyai hubungan batin dengan ibunya. Sementara itu bila mana si anak telah mengenal dunia sekolah dan dunia masyarakat lingkungannya, orang tua hendaknya selalu mengawasi atau mengontrol sampai dimana daya tahan mental si anak menghadapi pengaruh luar itu. Keluarga adalah lembaga yang sangat penting dalam proses pengasuhan anak. Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor, keluarga merupakan unsur yang sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian dan kemampuan anak. Orang tua yang menghargai anak secara tulus dan menunjukkan sikap antusias ketika anak membaca cenderung mendorong anak untuk lebih bersemangat sehingga mereka memiliki keterlibatan psikis yang penuh. Keterlibatan psikis ini merangsang otak untuk berpikir lebih cepat dan lebih cerdas. Secara edukatif-metodologis, mengasuh dan mendidik anak, khususnya di lingkungan keluarga, memerlukan kiat-kiat atau metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Namun ada beberapa metode yang patut digunakan, antara lain : a. Pendidikan melalui pembiasaan Pengasuhan dan pendidikan di lingkungan keluarga lebih diarahkan kepada penanaman nilai-nilai moral keagamaan. Penanaman nilai-nilai moral agama ada baiknya diawali dengan pengenalan simbol-simbol agama, tatacara ibadah (salat), baca Al-Qur’an, do’a-do’a dan seterusnya. Orang tua diharapkan membiasakan diri melaksanakan salat, membaca Al-Qur’an dan mengucap kalimah thayyibah. b. Pendidikan dengan Keteladanan Untuk mengajak anak membaca Al-Qur’an terlebih dahulu orang tua membaca Al-Qur’an. Metode keteladanan memerlukan sosok pribadi yang secara visual dapat dilihat, diamati, dan dirasakan sendiri oleh anak sehingga mereka ingin menirunya. c. Pendidikan melalui nasihat dan dialog Orang tua sebaiknya memberi perhatian, melakukan dialog, dan berusaha memahami persoalan-persoalan yang dihadapi anak. Apalagi anak yang tengah memasuki fase kanak-kanak akhir, usia antara 6-12 tahun mereka mulai berfikir logis, kritis, membandingkan apa yang ada di rumah dengan yang mereka lihat di luar, nilai-nilai moral yang selama ini ditanamkan secara “absolut” mulai dianggap relatif, dan seterusnya. Orang tua diharapkan mampu menjelaskan, membarikan pemahaman yang sesui dengan tingkat berpikir mereka. d. Pendidikan melalui pemberian penghargaan atau hukuman Penghargaan perlu diberikan kepada anak yang memang harus diberi penghargaan. Metode ini secara tidak langsung juga menanamkan etika perlunya menghargai orang lain. Bagi setiap orang tua harus senantiasa memiliki langkah aktif terhadap pendidikan anak-anak mereka baik ketika di rumah maupun disekolah. atas dasar itu mereka harus memiliki peran positif terhadap pihak sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan tempat anak-anak mereka mendapatkan pengajaran. Tanpa sikap yang demikian dari pihak orang tua, maka problem pendidikan yang dihadapi sang anak dapat menjadi tambah runyam, termasuk hilangnya gairah membaca buku dan mencintai pelajaran sekolah. Disadari sepenuhnya bahwa waktu yang dihabiskan anak di sekolah lebih sedikit dibanding waktu anak dirumah, oleh karena itu, anak juga harus bisa menggunakan waktu di rumah untuk belajar apa yang dipelajari di sekolah hendaknya dapat diulang atau diteruskan dirumah sehingga hasilnya lebih baik 3. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil yang dicapai atau ditunjukan oleh murid sebagai hasil belajar, baik yang berupa angka, huruf maupun tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai oleh masing-masing anak periode tertentu. Atau suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai. Sedangkan indikator keberhasilan ada dua yaitu ; a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. b. Perilaku yang digariskan dalam TIK telah dicapai siswa, baik secara individual maupun kelompok. Namun daya serap lebih banyak dijadikan indikator untuk menjadi tolak ukur keberhasilan. 4. Anak Anak adalah seseorang yang masih tinggal bersama orang tua dalam satu rumah. Dalam bahasa arab disebut “Walad” yang berarti turunan kedua atau manusia yang masih kecil atau keturunan pertama sesudah ibu bapak Anak adalah seseorang yang berada pada suatu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa. Sedangkan yang dikatakan anak-anak menurut Profesor DR. Zakiah Darojat berkisar antara 6 samapi 12 tahun. Demikian Agus Sujanto menyebutkan bahwa masa anak-anak adalah pada waktu anak berumur 6-12 tahun. Dari beberapa pengertian anak tersebut di atas, penulis mengambil kesimpulan untuk membatasi pengertian anak dalam skripsi ini bahwa yang dimaksud anak adalah manusia yang sedang tumbuh dan berkembang dari berakhirnya masa balita hingga menjelang pubertas yaitu 12 tahun. Sehingga penulis hanya akan meneliti pada anak yang umurnya 4 sampai 12 tahun saja. 5. Mempelajari Al-Qur’an Al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. dengan maksud untuk diajarkan kepada manusia sepanjang zaman di mana pun mereka berada. Anak-anak yang menjadi bagian manusia di dunia ini berhak mendapatkan pengajaran Al-Qur’an dari orang dewasa, terutama dari ibu bapaknya. Jadi ibu bapak memikul kewajiban untuk mengajarkan anak-anak mereka mengaji Al-Qur’an supaya tidak buta huruf mengenai Al-Qur’an ini. Orang tua semestinya lebih dahulu pandai membaca Al-Qur’an sebelum mengajarkannya pada anak-anak. Bagaimana orang tua melaksanakan kewajiban ini kepada anaknya bila mereka sendiri tidak dapat mengaji, bahkan tidak mengenal Al-Qur’an? adapun orang tua yang terlanjur tidak dapat mengaji Al-Qur’an, tidaklah dapat dijadikan alasan untuk memberikan dirinya buta huruf Al-Qur’an. Mereka dapat melalui belajar mengaji kepada orang –orang yang mampu mengaji. Kemudian agar anak-anaknya dapat mengaji, mereka dapat mengirimkannya kepada guru-guru ngaji atau kursus-kursus mengaji yang ada di daerahnya atau daerah lain yang bisa ditempuh. Untuk anak-anak, pengajaran Al-Qur’an pertama-tama ditekankan pada ketepatan mengucapkan huruf-huruf yang biasa disebut dengan makharijul huruf. Sesudah ketepatan membaca huruf-huruf, ditingkatkan ke kefasihan membaca dan kalimat. Setelah itu ditingkatkan pada tajwid. Membaca Al-Qur’an dengan bertajwid termasuk bagian upaya kita memuliakan Al-Qur’an. Rasulullah SAW. selalu menganjurkan agar kita membaca Al-Qur’an dengan bertajwid. Ibnu Khalman mengatakan : Mengajarkan Al-Qur’an merupakan dasar pengajaran dalam semua sistem pengajaran di berbagai negara Islam, karena hal itu merupakan salah satu syiar agama yang akan berpengaruh terhadap proses pemantapan aqidah dan meresapinya iman. Rasulullah menjelaskan betapa pentingnya belajar Al-Qur’an dengan sabdanya ; “Sebaik-baik orang diantara kamu adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya “; HR. Bukhari. Di antara hak anak adalah menjadi imam dan pemimpin jika ia mempunyai ilmu dan bagus bacaan Al-Qur’annya. Rasulullah SAW. Bersabda: “Jika ada orang dalam perjalanan maka hendaklah yang mengimami mereka adalah orang yang paling baik bacaan Al-Qur’annya walaupun ia paling kecil. Jika ia mengimaminya maka dialah pemimpin mereka” (H.R. ‘Abdur-Razzaq) Sudah dimafhum bahwa yang dimaksaud dengan yang paling baik bacaannya adalah yang paling memahami hukum-hukum shalat dan bacaan Al-Qur’an. 6. Metode Qiraati Qiraati berarti “bacaanku” yang bermakna “inilah bacaanku (bacaan Al-Qur’an) yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid”. Sedangkan tujuan dari qiraati yaitu : a. Menjaga dan memelihara kehormatan dan/atau kesucian Al-Qur’an dari segi bacaan yang benar (tartil) sesuai dengan kaidah tajwid. b. Menyebarkan ilmu baca Al-Qur’an bukan menjual buku. c. Mengingatkan guru ngaji agar berhati-hati dalam mengajar Al-Qur’an. d. Meningkatkan mutu (kwalitas) pendidikan atau pengajaran Al-Qur’an. Sedangkan target yang diharapkan dengan metode qiraati adalah seseorang (siswa/santri) akan mampu membaca Al-Qur’an dengan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Disamping itu pada batas waktu tertentu (lebih kurang dua tahun) peserta didik sudah mampu untuk khatam 30 juz (bin nadzar). adapun target ini dapat diperjelas dengan : a. Dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil yang meliputi : 1) Makhroj Sebaik mungkin. 2) Mampu membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang bertajwid. 3) Mengenal bacaan ghorib dan bacaan musykilat 4) Hafal (faham) ilmu tajwid praktis. b. Mengerti Sholat, bacaan dan praktisnya. c. Hafal surat-surat pendek, minimal sampai adh-Dhuha. d. Hafal do’a-do’a pendek (do’a sehari-hari, dari bangun tidur sampai tidur kembali) e. Mampu menulis Arab dengan baik dan benar. 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu Faktor dari dalam diri sendiri (internal) dan Faktor dari luar individu (eksternal). a. Faktor dari dalam (internal) Faktor internal ini terdiri dari fisik dan psikis 1) Fisik Untuk fisik yaitu melalui kondisi umum jasmani dan kondisi organ-organ khusus. Yang dimaksud dengan kondisi umum jasmani, seperti sehat, segar, tidak mengantuk. Sedangkan yang dimaksud kondisi organ-organ khusus, seperti penglihatan, pendengaran dan lain-lain. 2) Psikis Yaitu melalui intelegensi/kecerdasan, motivasi dan kesiapan mental. b. Faktor yang terdiri dari luar (eksternal) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dari luar terdiri dari tiga poin yaitu : 1) lingkungan sosial (keluarga, guru dan teman) 2) Lingkungan non sosial (rumah, sekolah, fasilitas) 3) Cara belajar F. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tinjauan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta sifat, hubungan sesuatu fenomena yang diselidiki. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan peneltian yang penulis gunakan adalah pendekatan naturalistik. Pendekatan naturalistik adalah pendekatan yang memandang kenyataan sebagai suatu yang berdimensi jamak, utuh / merupakan kesatuan.dan berubah/openended Pendekatan ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang bersifat umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Dengan pendekatan ini penulis terlibat secara langsung dalam situasi dan setting fenomena yang diteliti. 3. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah orang atau apa saja yang menjadi subyek penelitian. Atau dengan kata lain subyek penelitian adalah sumber dimana data itu diperoleh. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah: a. Orang Tua (Wali Santri TPQ Nurul Ummah) dengan sampel 35 orang. b. Anak (Santri TPQ Nurul Ummah) dengan sampel 35 anak. c. Ustadz/ah TPQ Nurul Ummah sebanyak 15 orang. 4. Metode Pengumpulan Data Mengingat penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan mengambil Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah sebagai tempat penelitian, maka pengumpulan data yang diperlukan, dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Observasi Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Metode pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang semua kegiatan dan kondisi Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah. Adapun jenis observasi yang penulis gunakan adalah observasi partisipan, karena peneliti turut ambil bagian dalam obyek yang diteliti, hal inipun sesuai dengan pendekatan naturalistik yang peneliti terapkan dalam penelitian. b. Interview Wawancara (interview) yaitu percakapan dengan maksud tertentu , percakapan itu dilakukan oleh pewawancara (Interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. tujuan dilakukannya wawancara adalah untuk memperoleh keterangan dan informasi mengenai peranan orang tua terhadap anaknya dalam mempelajari Al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang memuat masalah-masalah inti dalam penelitian. Dalam kegiatan wawancara menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Dengan demikian wawancara dikemukakan dengan kalimat bebas tidak terpaku pada pedoman, akan tetapi dikembangkan sesuai dengan keadaan dilapangan. Pedoman wawancara hanya digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak keluar dari permasalahan pokok yang akan diteliti. c. Metode Angket Ada beberapa macam jenis pertanyaan dalam metode angket, yaitu pertanyaan tertutup, pertanyaan terbuka, kombinasi tertutup dan terbuka, serta pertanyaan semi terbuka untuk penelitian ini hanya menggunakan pertanyaan tertutup dan semi terbuka pertanyaan tertutup yaitu responden diberi alternatif jawaban. Sedangkan pertanyaan semi terbuka bila jawabannya sudah disediakan namun masih ada kemungkinan tambahan jawaban dari responden. Metode ini dipilih untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam terhadap permasalahan yang ada di lapangan. d. Dokumentasi Dokumentasi yaitu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Pengumpulan data melalui teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan angket. Jadi yang dimaksud dokumentasi dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memanfaatkan sumber-sumber tertulis yang ada, baik berupa laporan, diktat maupun dokumen-dokumen lainnya yang relevan dengan penelitian untuk memperkuat data yang telah ada. 5. Metode Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif. Namun pada dasarnya data penelitian ini adalah bersifat kualitatif yang kemudian di kuantitatifkan dahulu kemudian dikembalikan lagi ke dalam bentuk kualitatif. a. Metode Analisis Data Kualitatif Metode analisis data kualitatif yaitu cara menganalisis data tanpa mempergunakan perhitungan angka-angka, melainkan mempergunakan sumber informasi yang relevan untuk memperlengkapi data yang penyusun inginkan. Sedangkan metode berfikir induktif adalah cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta khusus, lalu dicari generalisasi yang memiliki sifat umum atau diambil kesimpulan umum. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data baik dari teknik observasi, wawancara maupun dokumentasi, pada lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah. Kemudian dikelompokkan sesuai dengan komponen masing-masing dan akhirnya ditarik kesimpulan. b. Teknik Analisis Data Kuantitatif Teknik Analisis Data Kuantitatif merupakan teknik analisa yang berupa angka-angka. Dalam hal ini digunakan teknik analisis statistik sederhana yaitu distribusi frekuensi relatif (Persentase) dengan rumus : F P = ---------- X 100 % N P = Angka persentase F = Frekuensi N = Number of Cases (Jumlah Frekuensi/banyaknya individu) G. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah dalam memahami dan mengetahui pembahasan skripsi ini, penulis memaparkan secara ringkas sistematika pembahasannya ; sistematika pembahasan skripsi ini terdiri dari empat bab, yaitu: Bab I. Pendahuluan, bagian ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, landasan teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II. Menjelaskan tentang gambaran umum TPQ Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta meliputi, letak geografis, sejarah berdiri dan perkembangannya, dasar dan tujuan pendidikan, susunan organisasi, keadaan tenaga pengajar, keadaan santri (anak didik), sarana dan prasarana. Bab III. Dalam bab ini memuat inti (hasil) serta analisis dari penelitian ini, yang berisi tentang usaha-usaha yang dilakukan orang tua sampai hasil penyebaran angket tentang peran orang tua terhadap keberhasilan anak dalam mempelajari Al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah dengan metode qiraati serta bagaimana peran orang tua terhadap anaknya dan hasil dari peranan orang tua tersebut. Bab IV. Penutup, yang menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang berkaitan dengan pembahasan skripsi dan diakhiri dengan penutup. BAB II GAMBARAN UMUM TAMAN PENDIDIKAN AL-QURAN NURUL UMMAH KOTAGEDE A. Letak dan Keadaan Geografis Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah (TPQNU) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang khusus mengajarkan Al-Qur’an dengan menggunakan qiraati yang berada di bawah naungan kepengurusan Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta. Lebih tepatnya TPQNU ini berlokasi di Komplek Pondok Pesantren Nurul Ummah Jalan Raden Ronggo KG II/982 Kotagede Yogyakarta 55172 Telp. (0274) 7155380 . Kelurahan Prenggan ini bersebelahan dengan : 1. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Giwangan kecamatan Umbulharjo. 2. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Purbayan kecamatan Kotagede. 3. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Rejowinangun Kecamatan Kotagede. 4. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Jagalan kecamatan Banguntapan kabupaten Bantul. Dari segi mata pencaharian di sekitar TPQ Nurul Ummah ini masyarakat pada umumnya sebagai pedagang, wiraswasta, pelajar dan santri sedangkan dari segi keberagaman merupakan masyarakat yang religius karena berada di lingkungan Pondok Pesantren dan mereka juga sadar untuk memasukan putra/putrinya di TPQ Nurul Ummah untuk dididik agar menjadi anak yang saleh yang dapat membaca Al-Qur’an dengan fasih serta mampu untuk mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari sejak usia dini. B. Sejarah dan Perkembangan TPQ Nurul Ummah TPQ Nurul Ummah berdiri di Pondok Pesantren Nurul Ummah merupakan ide dari Romo Kyai Asyhari Marzuki dan Ibu Nyai Barokah Asyhari, pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede yang menginginkan adanya sebuah lembaga yang membina dan mengajarkan kepada anak-anak dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar di Pondok Pesantren Nurul Ummah. Akan tetapi ide tersebut baru terealisir oleh pengurus khususnya bidang pengembangan dan pengabdian pada masyarakat pada tanggal 20 Agustus 2001. Proses ini pun mengalami banyak kendala yang harus dihadapi, antara lain belum adanya orang yang dianggap mampu untuk mengurusnya, karena kehendak Romo Kiyai dan Ibu Nyai agar nantinya TPQ ini menggunakan Qiraati. Qiraati dipilih, disamping sudah terbukti bisa menghantar santri untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar juga memberikan pilihan kepada masyarakat dengan sebuah pendekatan yang jarang digunakan di Yogyakarta. Untuk mengatasi kendala tersebut maka bagian LP2M (Lembaga Pengembangan dan Pengabdian pada Masyarakat) yang direkturnya pada waktu itu adalah Bapak Burhanudin, S.Ag. membentuk tim pendiri TPQ dengan SK Direktur LP2M Nomor D-2/ SK/ LP2-PPNU/ V/ 2001 yang disahkan oleh DPH (Dewan Pimpinan Harian) Pondok Pesantren Nurul Ummah yang waktu itu dipegang oleh Bapak Abdul Basith Rustami, S.Ag. Tim ini terdiri 5 (lima) orang, yaitu: Panut Marwanto (ketua), Nur Huda, Agus Mulyono, Haryanto dan Asrokhim (sebagai anggota). Tugas tim ini adalah mempersiapkan segala sesuatu sehingga berdirilah TPQ Nurul Ummah. Langkah awal yang dilakukan tim ini adalah melakukan survei terhadap Taman Pendidikan Al-Qur’an yang menggunakan Qiraati. Waktu itu yang manjadi sasaran adalah TPQ di Pondok Pesantren An-Nur Ngrukem Bantul yang dijadikan tampat survei. Di TPQ An-Nur ini dipelajari langkah-langkah apa dan hal-hal apa yang harus dipersiapkan. Dari survei ini diketahui bahwa untuk mandirikan TPQ dengan metode Qiraati maka langkah pertma kali yang harus dilakukan adalah pentashihan. Dan ini merupakan ciri khas dari metode Qiraati, yaitu bahwa untuk mengajarkan membaca Al-Qur’an, seseorang harus ditashih (diuji/tes) terlebih dahulu. Maka tim ini mengirimkan beberapa ustadz ke Pusat Pengembangan di Semarang (Koordinator Pusat Qiraati) untuk ditashih yang terdiri dari 4 (empat) orang, yaitu: Nur Huda, Agus Mulyono, Muntahibun Nafis dan Miftahul Hadi. Pengiriman ini ternyata gagal (tidak ada yang lulus tashih), maka pendirian TPQ-pun tertunda. Akan tetapi tim pendiri tidak putus asa, maka dibuatlah ancang-ancang kembali. Tim memilih beberapa santri Nurul Ummah untuk ditashih, sehingga terkumpul 9 orang yang kira-kira mampu, dalam waktu 2 minggu kesembilan orang itu di gembleng oleh ustadz Alfan Rosyidi dengan sangat hati-hati dengan metode yang telah didapat dari para ustadz yang telah terlebih dahulu mempelajari Qiraati dan bahkan telah memperoleh legitimasi atau sebuah lisensi yang sah, sehigga dengan sanad yang tidak diragukan lagi maka menjadikan lebih kukuh dalam menancapkan demi berkibarnya Qiraati yang selama ini dicita-citakan. Dalam pentashihan di Semarang, kesembilan ustadz tersebut ternyata mendapat hasil yang memuaskan (lulus tashih). Pendaftaran pertama dibuka pada tanggal 25 Juli sampai 18 Agustus 2001. Selama pendaftaran tersebut santri yang terdaftar sebanyak 9 santri, sedangkan yang mengajar sebanyak 4 ustadz yaitu: Nur Huda, Zainal Abidin, Panut Marwanto dan Ahmad Mubarok. Dalam tahap awal inilah proses belajar mengajar mengalami banyak kendala, diantaranya adalah ruang belajar yang sering dipindah-pindah, dari masjid lantai dua dipindah ke gedung Madrasah Diniyah Nurul Ummah. Namun berkat usaha keras ustadz Nur Huda dan ustadz Zainal Abidin yang pada waktu itu menjabat sebagai kepala TPQ dan ustadz, kedala tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Adapun tujuan TPQ Nurul Ummah yaitu untuk mencetak genersi Islami yang mampu membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid, mencetak ganerasi Islami yang mampu memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran dalam kalam Ilahi serta mencetak generasi bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan berahlakul karimah. Tujuan tersebut telah direalisasikan selama kurang lebih 7 tahun. Selama 7 tahun TPQ Nurul Ummah semakin berkibar di masyarakat Kotagede bahkan di kota Yogyakarta dan sekitarnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya orang tua yang menitipkan anaknya untuk dididik cara membaca Al-Qur’an sehingga sampai saat ini santri di TPQ Nurul Ummah berjumlah 156 dengan 19 ustadz. Kemajuan TPQ Nurul Ummah ini semakin menggembirakan dengan adanya gedung yang sangat representatif untuk kegiatan belajar mengajar, yatu menggunakan gedung bersama PP. Nurul Ummah sehingga tidak mungkin lagi untuk pindah gedung. C. Dasar, Visi, dan Misi Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah Dasar dari Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah adalah: 1. Al-Qur’an dan Hadits 2. Pancasila dan UUD 1945 Adapun maksud dari didirikannya Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah adalah sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan serta pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat dengan tanpa memandang latar belakang sosial, politik, dan budaya. Sedangkan Visi Taman Pendidikan Nurul Ummah adalah : 1. Apresiasi partisipasi bagi kemajuan bangsa dalam bidang pendidikan Al-Qur’an 2. Wahana Pendidikan Al-Qur’an yang memadai, kuat dan representatif kepada masyarakat. 3. Wahana pendalaman dan pengembangan keilmuan Al-Qur’an secara optimal. 4. Penyiap generasi penegak Al-Qur’an dan penyebar Al-Qur’an (menjaga dan memelihara kehormatan dan/atau kesucian Al-Qur’an dari segi bacaan yang benar (tartil) sesuai dengan kaidah tajwid. Misi Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah: 1. Memberikan bekal pendidikan Al-Qur’an melalui program Taman Pendidikan Al-Qur’an 2. Membentuk Taman Pendidikan Al-Qur’an yang mengedepankan penggalian dan penghayatan Al-Qur’an 3. Mengkaji Al-Qur’an melalui metodes Qiraati 4. Menyiapkan santri-santri yang siap berbaur dengan masyarakat dengan mengedepankan nilai Al-Qur’an (bacaan) D. Susunan Pengurus Dalam suatu lembga organisasi apapun suatu sistem kepemimpinan merupakan persyaratan mutlak yang sangat diperlukan demi tercapainya koordinasi yang baik antara pimpinan dan stafnya, untuk menjaga dan melaksanakan tugas dan kewajiban serta untuk memenuhi hak masing-masing, sehingga progran-program yang telah dicanangkan dapat terlaksana dengan baik. Demikian pula Lembaga Pendidikan Al-Qur’an, Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah dalam upaya pengembangan kualitas pendidikan dan pengajaran selalu menyelenggarakan kerja sama antar kepala, pengurus dan ustadz-ustadzah serta santri. Berikut adalah susunan pengelola TPQ Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta periode 2008 – 2009 : SUSUNAN PENGELOLA TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN NURUL UMMAH KOTAGEDE YOGYAKARTA PERIODE 2008 – 2009 Atau secara rinci susunan pengelola TPQ Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta periode 2008 – 2009 : sebagai berikut ; Pelindung : Pengasuh PP. Nurul Ummah Penasehat : Majelis Syuro PP. Nurul Ummah Penanggung Jawab : Pimpinan (Ketua Umum, Ketua I, Ketua II dan Ketua III Pondok Peasntren Nurul Ummah) Pelaksana : 1. Kepala TPQNU : Ahmad Mubarok, S.Th.I. 2. Bag. Administrasi : Baryono 3. Bag. Keuangan : Muhammad Faizin 4. Bag. Kurikulum & Pengajaran : Triyadi, S.Sos. 5. Bag. PSDM : Hafiduddin Badrun Zaman, S.Pd.I 6. Bag. Pembantu Umum : Muhtarom Tenaga Pengajar : 1. Abdullah Thoyib 2. Ahmad Khalwani 3. Ahmad Suparmin, S.Sos I. 4. Ainul Farihin, S.H.I 5. Aminatut Taqiyyah, S.S 6. Anis Haryati 7. Azah Zayyinah 8. Cholisotul Muna 9. Idrus Sugianto, S.H.I 10. Khafiduddin Badrun Zaman, S.Pd.I 11. M. Faqih 12. M. Baehaqi, M.Ag. 13. Muttaqin 14. Nur Aini 15. Nur Hamidah 16. Siti Fatimatuzzahro 17. Sri Endah Kurniawati,S.Pd.I. 18. Zusron Sya’roni E. Keadaan Ustadz, Karyawan dan Santri Ustadz dan santri adalah dua subjek dalam interaksi pembelajaran. Ustadz sebagai pihak yang berinisiatif awal untuk penylenggaraan pembelajaran, sedanng santri sebagai pihak yang secara langsung mengalami dan mendapatkan kemanfaatan dari peristiwa belajar. Ustadz sebagai pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan yang telah ditentukan, sedangkan santri adalah sebagai yang langsung menuju pada arah tujuan melalui aktivitas pembelajaran dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai sumber belajar atas bimbingan ustadz. 1. Keadaan Ustadz Ustadz adalah ujung tombak dalam hal keberhasilan santri untuk membaca dengan baik, dan benar serta lancar. Bila santri gagal dalam membaca dengan baik, benar, serta lancarmaka yang perlu dipertanyakan adalah ustadznya bukan santrinya. Ustadz adalah salah satu faktor yang akan ikut dalam menentukan keberhasilan suatu program pembelajaran, karenanya seorang ustadz dituntut mampu menguasai materi, metode dan dalam melaksanakan proses pembelajaran, uatadz harus mampu mendidik santrinya menjadi anak yang berbudi luhur, berguna bagi nusa dan bangsa. Tenaga pendidik atau ustadz/ah yang ada di TPQ Nurul Ummah Kotagede berjumlah 18 orang berikut data ustadz/ah : Tabel 1 DAFTAR USTADZ/AH TPQ NURUL UMMAH NO NIP NAMA Pengampu PENDIDIKAN TERAKHIR 1 04045 Abdullah Toyib Juz 27 UIN Sunan Kalijaga YK* 2 04040 Ahmad Chalwani Persp UAS Universitas Negeri YK* 3 04047 Ahmad Suparmin,S.Sos.I Pasca TPQ UIN Sunan Kalijaga YK 4 08063 Ainul Farihin,S.H.I Pasca TPQ UIN Sunan Kalijaga YK 5 06054 Aminatut Taqiyyah,S.S. Jilid IV B UIN Sunan Kalijaga YK 6 07059 Anis Haryati Jilid I B UIN Sunan Kalijaga YK* 7 08064 Azzah Zayyinah Jilid III A MA Nurul Ummah YK* 8 08065 Cholisotul Muna Jilid II A UIN Sunan Kalijaga YK* 9 04048 Hafiduddin Badrun Z,S.Pd.I Jilid VI UIN Sunan Kalijaga YK 10 07058 Idrus Sugianto,S.H.I Jilid IV A UIN Sunan Kalijaga YK 11 08066 M. Baehaqi,M.Ag. Pasca TPQ UIN Sunan Kalijaga YK 12 08062 Muhammad Faqih Jilid III B Universitas Gajah Mada YK* 13 04038 Muttaqin Jilid II B UIN Sunan Kalijaga YK* 14 02009 Nur Aini Tajwid UIN Sunan Kalijaga YK* 15 07060 Nur Hamidah Jilid I A UIN Sunan Kalijaga YK* 16 04041 Siti Fatimatuz Zahro Ghorib UIN Sunan Kalijaga YK* 17 04042 Sri Endah Kurniawati, S.Pd.I Jilid V UIN Sunan Kalijaga YK 18 04039 Zusron Sya'roni Al-Qur’an Universitas Gajah Mada YK* Ket : NIP = Nomer Induk Pengelola *. = Belum lulus Adapun tugas ustadz adalah a Melaksanakan apa yang sudah diamanatkan kepadanya, yaitu mengajar seoptimal mungkin dengan harpan santri dapat lulus tes oleh kepala TPQ. b Mampu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas (bila tidak terselesaikan segera menghubungi kepala TPQ). c Memberikan motifasi kepada santri untuk lebih maju segala hal terutama dalam membaca al-Qur;an. d Mengantarkan santri ke kepala TPQ untuk ditashih kenaikan jilid dan menungguinya sampai selesai pentashihan. 2. Keadaan Karyawan Dalam pelaksanaankegiatan pendidikan dan pengajaran secara keseluruhan tidak terlepas dari peran dan partisipasitenaga karyawan atau tenaga non edukatif .tenaga non edukatif bekerja dalam rangka turut membantu pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran,akan tetapi tidak secara langsung berperan sebagai pihak yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Tenaga non edukatif yang ada di TPQ Nurul Ummah Kotagede berjumlah 7 orang berikut data karyawan : Tabel II DAFTAR KARYAWAN TPQ NURUL UMMAH NO NIP NAMA JABATAN PENDIDIKAN TERAKHIR 1 02011 Ahmad Mubarok S.Th.I Kepala TPQNU UIN Sunan Kalijaga YK 2 04049 Baryono Bag. Administrasi UIN Sunan Kalijaga YK* 3 08061 Muhammad Faizin Bag. Keuangan Universitas Gajah Mada YK* 4 02018 Triyadi, S.Sos Bag.Kurukulum & Pengajaran UIN Sunan Kalijaga YK 5 04048 Hafiduddin Badrun Zaman ,S.Pd.I Bag. PSDM UIN Sunan Kalijaga YK 6 08065 Muhtarom Bag. Pembantu Umum Universitas Negeri Yogyakarta* Ket : NIP = Nomer Induk Pengelola *. = Belum lulus 3. Keadaan Santri Santri merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalamsuatu lembaga pendidikan, sebab mereka komponenyang akan diarahkan pada tujuan pendidikan.Jumlah santri yang terlalu banyak dalam suatu ruang kelas akan dapat mengganggu proses belajar mengajar. Untuk mengetahui jumlah santri Taman Pendidikan Al-Qur’an saat ini dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel III DATA SANTRI TPQ NURUL UMMAH BULAN DESEMBER 2008 NO KELAS JUMLAH SANTRI JUMLAH L P 1 I A 11 5 16 2 I B 3 2 5 3 II A 10 4 14 4 II B 7 6 13 5 III A 8 10 18 6 III B 6 6 12 7 IV A 6 7 13 8 IV B 6 9 15 9 V 8 6 14 10 JUZ 27 1 0 1 11 VI 1 1 2 12 AL-QUR'AN 2 7 9 13 GHORIB 4 1 5 14 TAJWID 1 1 2 15 PERSIAPAN UAS 4 4 8 16 PASCA TPQ 6 3 9 JUMLAH TOTAL 84 72 156 Pendaftaran santri baru dibuka setiap hari, setiap santri yang mendaftar dites terlebih dahulu dan penempatan kelasnya berdasarkan dari kadar kemampuannya. Dengan demikian pengelompokan santri tidak berdasar pada usia mereka, tetapi berdasar atas kemampuan jilid dari buku Qiraati. Maka dalam kelompok itu usia tidak dijadikan pedoman untuk menempatkan mereka dalam kelas. a. Pendaftaran Agar diterima menjadi santri di TPQ Nurul Ummah harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1) Calon santri diantar oleh orang tua/wali. 2) Calon santri baru minimal telah berusia 4 tahun dan maksimal 12 tahun. 3) Mengisi formulir pendaftaran dengan lengkap. 4) Menyerahkan pas foto berpeci ukuran 3X4 sebanyak 3 lembar. 5) Membayar uang pendartaran.+ seragam 6) Membayar SPP (syahriyah) bulan pertama 7) Membayar biaya penunjang pendidikan (BPP) b. Tata Tertib Untuk mengkondisikan santri agar tetap kondusif maka TPQ membuat tata tertib yang harus ditaati oleh segenap santri. Tata tertib itu antara lain : 1) Masuk ruang kelas sebelum pelajaran dimulai pukul 17.00 wib. 2) Meninggalkan ruang kelas setelah kegiatan belajar mengajar selesai pukul 18.00 WIB. 3) Menggunakan pakaian seragam dengan ketentuan sebagai berikut : a) Hari Senin dan Selasa memakai seragam TPQNU yang telah ditetapkan. b) Untuk putra : celana panjang, kemeja (baju koko), dan peci c) Untuk putri : rok panjang, kemeja lengan panjang dan jilbab. 4) Membayar iuran yang telah ditetapkan pengurus TPQNU. 5) Taat dan hormat kepada para ustadz, meminta izin atau memberitahu jika tidak masuk TPQNU. 6) Santri TPQ Nurul Ummah dilarang melakukan pelanggaran-pelanggaran : a) Meninggalkan ruang kelas sebelum KBM selesai tanpa izin dari ustadz b) Memasuki kantor pengurus TPQNU tanpa adanya keperluan dan tanpa izin dari pengurus atau ustadz/ustadzah c) Membuang sampah sembarangan. d) Mengganggu KBM baik dikelasnya maupun dikelas lain. e) Ramai ketika salat berjama’ah sampai selesai do’a f) Mencoret-coret dinding ruang kelas atau menulis tidak pada tempatnya g) Berkelahi, berkata-kata kotor dan berbuat tercela baik kepada ustadz/ustadzah maupun sesama santri h) Tidak mengikuti KBM tanpa keterangan atau izin dari ustadz/ ustadzah selama 15 hari berturut-turut 7. Sangsi: a) Bagi santri yang melakukan pelanggaran ringan akan mendapat teguran lisan dari ustadz b) Santri yang melakukan pelanggaran sedang akan disidang oleh ustadz atau kepala TPQ c) Santri yang melakukan pelanggaran berat maka orang tua/wali santri akan dipanggil oleh pengurus atau kepala TPQ d) Santri yang melakukan pelanggaran berat sekali akan dikembalikan ke orang tua/ wali santri. F. Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan belajar mengajar di TPQ Nurul Ummah rutin bulanan dan insidental tahunan yang dilaksanakan mulai bulan Syawal hingga bulan Ramadhan, sesuai dengan tahuan ajaran Pondok Pesantren Nurul Ummah. Kegitan belajar mengajar dilaksanakan 6 (enam) hari dalam seminggu, yaitu pada pukul 17.00 – 18.00 wib, kecuali hari jumat yaitu pukul 16.30 – 18.00 wib. Kegiatan pembelajaran di TPQ Nurul Ummah dikelompokan menjadi 3 yaitu : 1. Kegiatan Intra Kegiatan ini merupakan kegiatan pokok di TPQ Nurul Ummah yaitu berupa pengajaran Qiraati dimana santri dibimbing agar dapat membaca Al-Quran secara lancar, cepat, tepat dan benar (sesuai dengan kaidah tajwid). yang terdiri dari jilid I sampai VI, juz 27 Al-Qur’an, ghorib dan tajwid praktis. Adapun titik tekan pada pembelajaran ini adalah : a. Kefasihan membaca b. Kelancaran membaca c. Ilmu tajwid dan makhrojnya d. Bacaan Ghorib, musykilat dan hati-hati dalam Al-Quran. 2. Kegiatan Ekstra Kegiatan ini merupakan penunjang di TPQ Nurul Ummah dimana santri disamping mengaji Qiraati juga mempelajari materi-materi pendukungnya. Adapun materi-materi tersebut adalah : a. Menulis Arab b. Hafalan surat-surat pendek c. Hafalan do’a-do’a harian d. Hafalan bacaan solat e. Praktik solat f. Tauhid/ Akidah g. Sholawat Rebana h. Seni baca Al-Qur’an i. Outbond 3. Sholat Berjamaah Kegiatan solat berjamaah ini dilakukan setelah kegiatan intra dan ekstra yaitu pada waktu sholat maghrib. G. Sarana dan Prasarana Untuk merealisasikan tujuan yang hendak dicapai tidaklah akan berjalan dengan lancar tanpa adanya perlengkapan dan fasilitas yang cukup dan memadai untuk dijalankan sebagaimana fungsinya. Fasilitas adalah faktor yang ikut menentukan berhasilnya suatu pendidikan dan pembelajaran. Karena dengan adanya fasilitas yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan yang ada baik fisik maupun nonfisik akan memperlancar aktivitas, interaksi dan proses pembelajaran. Adapun fasilitas yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an adalah sebagai berikut : 1. Pergedungan TPQ Nurul Ummah dalam melaksanakan proses belajar mengajar menempati bangunan fisik yang permanen yang terdiri dari: Tabel IV DAFTAR FASILITAS TPQ NURUL UMMAH No Jenis Jumlah 01 Ruang belajar 16 Lokal 02 Kantor 1 Lokal 03 Kamar kecil 5 Lokal 04 Mushola 1 Lokal 2. Fasilitas Pendidikan dan Pengajaran Tabel V Fasilitas Pendidikan di TPQ Nurul Ummah No Jenis Jumlah 01 Meja ustadz 16 buah 02 Mejabelajar 110 buah 03 Kursi 220 buah 04 Almari 5 buah 05 Papan tulis 18 buah 06 Alat peraga qiraati 20 buah 07 Buku absen santri 16 buah 08 Komputer 1 set Ket : Untuk fasilitas pendidikan gabungan antara MANU, TPQNU dan MDNU H. Sumber Dana dan Pengelolaannya Lembaga apapun bantuknya untuk menunjang keberhasilan suatu progran tentunya tidak terlepas dari adanya dana dan biaya. Begitu juga lembaga pendidikan dan dan pengajaran tidak terlepas dari masalah dana dan biaya untuk menuju kelancaran proses belajar dan mengajar. TPQ Nurul Umah sebagai lembaga nonformal tentu saja membutuhkan biaya. Untuk mengatasi hal tersebut ditempuh berbagai macam cara untuk mendapatkan biaya guna mencukupi kebutuhan pembelajaran. Adpun langkah yang ditempuh oleh pengurus dalam rangka memenuhi kebutuhan pengajaran antara lain : 1. Mendatangi tokoh masyarakat yang dipandang mampu dan mempunyai keinginan untuk ikut berperan serta dalam pembinaan anak mulai pendidikan agama. 2. Disamping itu juga pada wali santri disaat mendaftarkan anaknya dipungut biaya pendaftaran, membayar Biaya Penunjang Pendidikan (BPP), dan seragam. 3. Kepada santri diwajibkan membayar syahriyah tiap bulan 4. Donatur tetap. Dari hasil tersebut maka dananya dipergunakan untuk kegiatan pendidikan dan pengajaran dan juga untuk dan juga untuk biaya/ bisaroh bagi ustadz dan sebagian disisakan untuk cadangan yang berkenaan dengan kepentingan TPQ Nurul Ummah, selain itu untuk mengembangkan uang tersebut pengurus berusaha untuk mengkordinasi pembuatan seragam dan penjualan buku Qiroaty. I. Jadwal Pelajaran Dalam mencapai tujuan yang lelah ditetapkan, maka perlu direlisasikan dalam proses pembebelajaran. Proses pembelajaran di TPQ Nurul Ummah dapat diamati dalam jadwal kegiatan yang selama ini telah berjalan dengan normal. Tabel.VI JADWAL PELAJARAN TPQ NURUL UMMAH TH AJARAN 1426-1427 H NO HARI JAM MATERI 1 S E N I N 17.00 – 17.15 17.15 – 17.30 17.30 – 18.00 18.00 – 18.15 18.15 – 18.30 Hafalan surat pendek Klasikal Qiraati Sorogan / individual qiraati Klasikal Qiraati Sholawat dan sholat maghrib berjama’ah 2 S E L A S A 17.00 – 17.15 17.15 – 17.30 17.30 – 18.00 18.00 – 18.15 18.15 – 18.30 Hafalan do’a harian dan kalimat thoyyibah Klasikal Qiraati Sorogan / individual Qiraati Klasikal Qiraati Sholawat dan sholat maghrib berjama’ah 3 R A B U 17.00 – 17.15 17.15 – 17.30 17.30 – 18.00 18.00 – 18.15 18.15 – 18.30 Hafalan bacaan sholat Klasikal Qiraati Sorogan / individual Qiraati Klasikal Qiraati Sholawat dan sholat maghrib berjama’ah 4 K A M I S 17.00 – 17.15 17.15 – 17.30 17.30 – 18.00 18.00 – 18.15 18.15 – 18.30 Hafalan surat pendek Klasikal Qiraati Sorogan / individual Qiraati Klasikal qiraati Sholawat dan sholat maghrib berjama’ah 5 J U M ’A T 16.30 – 17.15 17.15 – 17.30 17.30 – 18.00 18.00 – 18.15 18.15 – 18.30 Hafalan do’a harian, surat pendek dan kalimat thoyyibah Klasikal Qiraati Sorogan / individual Qiraati Klasikal Qiraati Sholawat dan sholat maghrib berjama’ah 6 S A B T U 17.00 – 17.15 17.15 – 17.30 17.30 – 18.00 18.00 – 18.15 18.15 – 18.30 Hafalan bacaan sholat Klasikal Qiraati Sorogan / individual Qiraati Klasikal Qiraati Sholawat dan sholat maghrib berjama’ah BAB III PERAN ORANG TUA DAN KEBERHASILAN ANAK DALAM MEMPELAJARI AL-QUR’AN DI TPQ NURUL UMMAH A. Usaha-usaha yang Dilakukan Orang Tua Terhadap Keberhasilan Anak dalam Belajar 1. Dasar dan Tujuan Setiap usaha atau kegiatan idealnya haruslah mempunyai dasar dan tujuan, hal ini disebabkan dasar dan tujuan yang dapat berfungsi sebagai ukuran keberhasilan. Begitu pula halnya dengan usaha yang dilakukan orang tua dalam keberhasilan anak, haruslah mempunyai dasar dan tujuan. Usaha-usaha yang dilakukan orang tua dalam dunia pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam seluruh proses pendidikan itu sendiri dimana orang tua dapat menentukan pilihan yang tepat untuk anaknya, karena seorang anak sangat memerlukan bimbingan dari orang tua, hal ini berdasarkan pada sifat-sifat secara umum, dengan harapan orang tua dapat membina anak yang dapat mengantarkan manusia kepada kehidupan yang sejahtera di dunia dan akhirat. Adapun tujuan dari usaha-usaha orang tua dalam keberhasilan anak adalah memberikan perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar, karena perhatian orang tua mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan belajar anak. Sedangkan orang tua yang tidak memperhatikan aktivitas belajar maka tidak akan mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Selain itu juga bertujuan membina anak untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam, sehingga terbentuk pribadi yang bermental agama, yaitu bertaqwa, berakhlak karimah dan beramal sholeh . 2. Usaha-usaha yang dilakukan orang tua di TPQ Nurul Ummah Untuk meningkatkan konsentrasi belajar anak dan menanggulangi problem-problem yang dihadapi anak dalam belajar Al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah maka orang tua di TPQ Nurul Ummah melakukan langkah-langkah diantaranya sebagaimana tabel berikut ; Tabel VII USAHA YANG DILAKUKAN ORANG TUA AGAR PUTRA-PUTRINYA CEPAT LULUS DARI TPQNU Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Menyuruh belajar dengan cara didampingi 26 74.3% Menyuruh belajar sambil diawasi 4 11.4% Menyuruh belajar sendiri 2 5.7% lainnya 3 8.6% Jumlah 35 100% Dari tabel penelitian yang didapat dengan cara penyebaran angket, menunjukkan bahwa dari 35 responden orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah sebanyak 26 orang (74.3%) mereka menyatakan “menyuruh belajar dengan cara didampingi” usaha yang dilakukan orang tua agar putra/putrinya cepat lulus di TPQ Nurul Ummah, sedangkan 4 orang (11.4%) menyatakan “menyuruh belajar sambil diawasi”, dan 2 orang (5.7%) dari responden menyatakan “menyuruh belajar sendiri”, dan sebanyak 3 orang (8.6%) menyatakan “lainnya” Berdasarkan persentase di atas dapat penulis simpulkan bahwa orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah melakuan usaha-usaha agar putra/putrinya cepat lulus di TPQ Nurul Ummah yaitu dengan cara menyuruh belajar sambil didampingi dan diawasi dengan dibetulkan apabila terdapat kekeliruan serta menyuruh untuk belajar sendiri. Selain itu sebagian orang tua/wali santri TPQ Nurul Ummah juga melakukan langkah-langkah sebagaimana berikut ; a. Senantiasa berusaha melahirkan motivasi bagi putra/putrinya untuk terus belajar Al-Qur’an dan giat. Motivasi dalam belajar terdiri dari dua macam yaitu bersifat internal dan eksternal. Motivasi yang bersifat internal merupakan motivasi paling kuat dan paling penting. Misalkan kita berusaha menggali dari dalam dirinya rasa cinta terhadap ilmu layaknya beribadah kepada Allah serta taat kepada-Nya. Sedangkan motivasi yang bersifat eksternal, misalnya memberikan rangsangan dengan hadiah-hadiah dan bonus-bonus yang lebih disukai dan lebih tepat bagi putra-putrinya. Serta menceritakan kepadaanaknya tentang orang-orang yang sukses. b. Konsisten dalam membantu putra/putrinya dengan pengawasan dan bimbingan, bukan dengan mendikte dan memberi perintah karena di TPQ Nurul Ummah pembelajaran Al-Qur’annya menggunakan metode qiraati sehingga santri diharapkan mampu membaca Al-Qur’an dengan Lancar, Cepat, Tepat dan Benar (LCTB) sesuai dengan kaidah tajwidnya. Serta orang tua selalu merangsang dirinya dengan menanamkan rasa percaya diri dalam jiwa anak . c. Mempersiapkan tempat belajar . Hal ini dilakukan dengan cara mengurangi kegaduhan dan dengan memberikan cahaya lampu yang cukup dan benar, yakni disebelah kirinya dan jangan sampai redup, sehingga penerangan itu dapat membantunya belajar. d. Memperhatikan kesehatan dan gizinya dengan selalu mengecek keadaan kesehatannya secara teratur, karena itu dapat berpengaruh dalam meningkatkan daya tangkap dan serap ketika sedang belajar di TPQ Nurul Ummah. e. Memperhatikan anak untuk melakukan proses pengulangan dari satu waktu ke waktu yang lainnya baik itu mengulang materi yang sudah diajarkan maupun materi yang belum diajarkan di TPQ Nurul Ummah . Dengan ini orang tua dapat membantu mengarahkan dan mengawasi. f. Menyuruh rajin masuk dan menggugah kesadaran untuk belajar g. Mengantar putra/putrinya ketika berangkat ke TPQ Nurul Ummah serta menjemput ketika anak sudah pulang dan setelah menj alankan sholat berjamaah dengan anak-anak yang lainnya dengan didampingi para ustadz TPQ Nurul Ummah. h. Mendo’akan putra-putrinya baik dilakukan oleh orang tua sendiri-sendiri maupun dilaksanakan dengan bersama-sama atau dapat disebut dengan istilah mujahadah Wali Santri TPQ Nurul Ummah . B. Peran Orang Tua Terhadap Keberhasilan Anak di TPQ Nurul Ummah Selain mengurus anak-anak dan mencari nafkah, orang tua juga berkewajiban membimbing dan mendidik anak dalam keluarga. Melakukan bimbingan dan mendidik dapat dilakukan sejak anak berusia dini, dengan berbagai pembiasaan yang baik, kecerdasan anak dapat diarahkan secara baik dan benar. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana peranan orang tua terhadap keberhasilan anak dalam mempelajari Al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta di bawah ini akan kami paparkan hasil penelitian penulis sebagai berikut : Tabel VIII PENDAPAT ORANG TUA TENTANG PENGAJARAN QIRAATI DI TPQNU Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Sangat menyenangkan 12 34.3% Menyenangkan 23 65.7% Membosankan - - Kurang menarik - - Jumlah 35 100% Dari tabel penelitian yang didapat dengan cara penyebaran angket tersebut menunjukkan bahwa 12 orang (34.3%) orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah bahwa mereka menyatakan “sangat menyenangkan” pengajaran qiraati di TPQ Nurul Ummah, sedangkan 23 orang (65.7%) menyatakan “menyenangkan” tentang pengajaran qiraati di TPQ Nurul Ummah. Sedangkan yang menyatakan “membosankan dan kurang menarik sama sekali tidak ada. Dari persentase tersebut dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran Al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah dapat dikatakan menyenangkan bahkan ada 34.3% dari responden menyatakan sangat menyenangkan. Menurut penelusuran penulis baik kepada orang tua (wali santri), kepada santri maupun pada ustadz memang metode qiraati berbeda dengan metode-metode yang lainnya. Terutama target yang harus dicapai sangat memuaskan dibanding dengan metode yang lain . Dimana metode qiraati menekankan pada kualitas bacaan yang mengharapkan peserta didik untuk dapat membaca dengan lancar, cepat, tepat dan benar. Dalam dunia moderen sekarang ini setiap orang cenderung pada hal-hal yang praktis oleh karena itu di TPQ Nurul Ummah dalam pembelajarannya menggunakan metode qiraati karena metode qiraati merupakan salah satu metode praktis cara belajar membaca al-Qur’an selain itu dalam metode qiraati menekankan pada kualitas bacaan yaitu Lancar, Cepat, Tepat dan Benar, dengan hal ini maka banyak orang tua yang tertarik memilihkan pada anaknya untuk mempelajari al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah meskipun jaraknya berjauhan dari rumahnya. Tabel VIX MINAT ORANT TUA AGAR ANAKNYA MEMPELAJARI AL-QUR’AN DENGAN METODE QIRAATI Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Sangat berminat 31 88.6% Biasa-biasa saja 3 8.6% Tidak berminat - - lainnya 1 2.9% Jumlah 35 100% Tabel penelitian yang didapat dengan cara penyebaran angket tersebut, menunjukkan bahwa 31 orang (88.6%) dari 35 orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah bahwa mereka menyatakan “sangat berminat” agar anaknya untuk mempelajari Al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah, sedangkan 3 orang (8.6%) menyatakan “biasa-biasa saja” agar anaknya untuk mempelajari Al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah. Sedangkan yang menyatakan tidak berminat sama sekali tidak ada. Dan ada 1 orang (2.9%) yang memilih lainnya yaitu “berminat”. Dalam hal ini dapat penulis simpulkan,bahwa sebagian besar orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah sangat berminat agar putra/putrinya mempelajari Al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah, kalaupun masih menyisakan 8.6% yang menyatakan biasa-biasa saja dan 2.9% mayatakan yang lainnya yaitu berminat. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat orang tua sangat berminat agar putra/putrinya dalam mempelajari Al-Qur’an dengan menggunakan metode qiraati. Dan dari hasil wawancara beberapa ustadz metode qiraati lebih terjaga kebenarannya, karena setiap ustadz yang mengajar dengan metode qiraati harus lulus tashih yang diberikan koordinator qiraati selain itu juga adanya pembinaan baik dengan tadarus Al-Qur’an dengan cara disimak oleh ustadz yang lain setiap dua minggu sekali mapun dengan acara empat bulan sekali yang diadakan oleh koordinator cabang qiraati . Tabel VX PERASAAN ORANG TUA KETIKA ANAKNYA AKAN BERANGKAT MENGAJI DI TPQNU Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Semangat 29 82.9% Biasa-biasa saja - - Cuek - - lainnya 6 17.1% Jumlah 35 100% Melihat tabel penelitian yang didapat dengan cara penyebaran angket tersebut, bahwa 29 orang ( 82.9%) orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah menyatakan “semangat” ketika anak akan berangkat mengaji di TPQ Nurul Ummah. Sedangkan yang menyatakan “biasa-biasa saja”dan menyatakan “cuek” tidak ada sama sekali, Sedangkan yang menyatakan lainnya berjumlah 6 orang (17.1%). Berdasarkan persentase tersebut dapat penulis simpulkan, bahwa orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah mempunyai rasa semangat ketika anaknya akan berangkat ngaji. Sedangkan sebanyak 17.1% menyatakan lainnya yaitu menyatakan senang dan sangat senang karena anak dapat belajar membaca Al-Qur’an, senang sekali serta ada yang mengatakan sangat bahagia. Hal ini disebabkan karena pada zaman moderen sekarang ini banyak anak-anak yang tidak mau mengaji karena terpengaruh pada lingkungan, terutama di lingkungan perkotaan yang yang telah disibukan dengan les atau kegiatan ekstra sekolah atau keasikan bermain game atau yang sejenisnya . Dalam hal ini perasaan orang tua juga dapat memepengaruhi keseriusan anak ketika belajar, karena secara psikologis ketika anak meninggalkan meninggalkan orang tua yang sedang sedih maka secara otomatis anak akan merasakan sedih pula sehingga akan terpengaruh pada konsentrasi siswa. Tabel XI KEAKTIFAN ANAK MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Sangat rajin 2 5.7% Rajin 29 82.9% Kadang-kadang hadir 4 11.4% Tidakpernah hadir - - Jumlah 35 100% Dari tabel penelitian yang didapat dengan cara penyebaran angket tersebut, menunjukkan bahwa 2 orang (5.7%) dari 35 orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah menyatakan “sangat rajin” keaktifan anak dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar di TPQ Nurul Ummah, sedangkan yang menyatakan “rajin” sebanyak 29 orang (82.9%) sedangkan yang menyatakan “kadang-kadang hadir” hanya 4 orang (11.4%) dan yang menyatakan “tidak pernah hadir” tidak ada sama sekali. Dalam hal ini dapat penulis simpulkan bahwa santri TPQ Nurul Ummah termasuk rajin dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar di TPQ Nurul Ummah walupun kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan setiap hari kecuali hari Minggu dan hari-hari besar Islam. Namun menurut observasi penulis dan wawancara pada ustadz di lapangan ada beberapa santri yang kadang-kadang tidak masuk tanpa keterangan padahal dari pihak pengelola sudah mengingatkan kepada wali santri apabila santri tidak dapat masuk diharapkan untuk izin baik melalui surat maupun dengan fasilitas telepon . Tabel XII SIKAP ORANG TUA KETIKA ANAK TIDAK MAU BERANGKAT NGAJI Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Memarahi anak 9 25.7% Memberi tugas untuk belajar 13 37.1% Dibiarkan saja - - Lainnya 13 37.1% Jumlah 35 100% Melihat tabel penelitian yang didapat dengan cara penyebaran angket tersebut, menunjukkan bahwa 9 orang (25.7%) menyatakan bahwa mereka “memarahi anak” ketika anak tidak mau berangkat ngaji, sedangkan 13 orang (37.1%) mereka menyatakan “memberi tugas untuk belajar” ketika tidak mau berangkat ngaji, sedangkan yang menyatakan “dibiarkan saja’ sama sekali tidak ada. Dan sebanyak 13 orang (37.1%) menyatakn lainnya. Dari data angket tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah mempunyai perhatian terhadap anak, terbukti ketika anak tidak mau berangkat ngaji orang tua memarahi atau memberi tugaskepada anak untuk belajar. Dan ada sebagian wali santri yang memberi nasehat, pengarahan dan motivasi agar anak mau hadir atau berangkat ngaji. Sikap orang tua ketika anak tidak mau ngaji akan memberikan pengaruh terhadap anak, ketika anak tidak mau ngaji tetapi orang tuanya hanya membiarkan saja maka anak tidak mempunyai beban dan merasa senang atau merasa bebas walupun tidak berangkat ngaji. Akan tetapi ketika ada anak yang tidak mau ngaji tetapi orang tua memarahinya maka anak akan merasa mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan sehingga keesokan harinya tidak diulangi lagi, Sehingga dapat mendidik anak untuk selalu disiplin dalam kegiatan belajar-mengajar. Tabel XIII SANTRI YANG MENGULANGI MATERI YANG TELAH DIAJARKAN DARI TPQNU KETIKA DI RUMAH Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Sangat sering 2 5.7% Sering 11 31.4% Kadang-kadang 21 60% Tidak pernah 1 2.9% Jumlah 35 100% Dari data penelitian yang didapat dengan cara penyebaran angket tersebut, menunjukkan bahwa 2 orang (5.7%) menyatakan “sangat sering” santri yang mengulangi materi yang diajarkan di TPQ Nurul Ummah ketika di rumah, sedangkan 11 orang (31.4%) menyatakan “sering”, dan yang menyatakan kadang-kadang sebayak 21 orang (60%), sedangkan yang menyatakan tidak pernah hanya 1 orang (2.9%). Berdasarkan persentase tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa santri TPQ Nurul Ummah masih kurang dalam mengulangi pelajaran yang telah diajarkan di TPQ Nurul Ummah sehingga perlu ditingkatkan lagi karena dalam ujian kenaikan tingkat atau kenaikan jilid santri akan diuji oleh kepala TPQ dengan cara membaca materi yang diajarkan secara acak sehingga santri yang biasa mengulang materi pelajaran dengan yang tidak biasa mengulang akan berbeda hasilnya. Tabel XIV SANTRI YANG MEMPELAJARI MATERI YANG AKAN DIAJARAKAN DI TPQNU KETIKA MASIH DI RUMAH Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Sangat sering 3 8.6% Sering 9 25.7% Kadang-kadang 20 57.1% Tidak pernah 3 8.6% Jumlah 35 100% Tabel penelitia yang di dapat dengan cara penyebaran angket tersebut, menunjukkan bahwa 3 orang (8.6%) menyatakan “sangat sering” bahwa anaknya mempelajari materi yang akan diajarkan di TPQ Nurul Ummah, sedangkan 9 orang (25.7%) menyatakan ‘sering’ dan yang menyatakan “kadang-kadang” sebanyak 20 Orang (57, 1%) sedangkan yang menyatakan tidak pernah hanya 3 orang (8,6%). Berdasarkan persentase terbesar, dapat penulis simpulkan bahwa santri TPQ Nurul Ummah masih perlu ditingkatkan untuk belajar materi yang akan diajarkan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara penulis kepada beberapa santri yang persiapan atau mempelajari materi sebelum diajarkan santri tersebut akan lebih cepat menguasai materi, sehingga akan lebih cepat naik jilid dan khatamnya . Karena di TPQ Nurul Ummah menggunakan metode qiraati dimana proses pembelajarannya ketika sorogan menentukan lulus dan tidaknya santri. Tabel XV PERASAAN ORANG TUA KETIKA ANAK TIDAK MAU BELAJAR MATERI DARI TPQNU Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Sedih 10 28.6% Sedih 21 60% Biasa-biasa saja 1 2.9% Senang 3 8.6% Jumlah 35 100% Berdasarkan tabel penelitian yang didapat dengan cara penyebaran angket kepada orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah menunjukkan bahwa 10 orang (28,6%) wali santri TPQ Nurul Ummah menyatakan ‘sangat sedih” ketika anaknya tidak mau belajar materi dari TPQNU, sedangkan yang menyatakan ‘sedih” sebanyak 21 orang (60%), dan 1 orang (2,9%) menyatakan “biasa-biasa saja” serta 3 orang (8.6%) menyatakan senang ketika anaknya tidak mau belajar materi dari TPQNU. Berdasarkan persentase di atas dapat penulis simpulkan bahwa kebanyakan orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah merasa sedih apabila anaknya tidak mau belajar materi yang diajarkan di TPQ Nurul Ummah meskipun ada 8,6% yang menyatakan senang ketika anaknya tidak mau belajar materi dari TPQNU. Tabel XVI ORANG TUA YANG MEMBERI PENGARAHAN KETIKA BELAJAR KEPADA PUTRA/PUTRINYA Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Sering 24 68.6% Kadang-kadang 11 31.4% Jarang sekali - - Tidak pernah - - Jumlah 35 100% Dari tabel penelitian yang didapat dengan cara penyebaran angket teserbut, menunjukkan bahwa 24orang (68.6%) menyatakan ‘sering’ bahwa orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah memberi pengarahan tentang belajar kepada putra/putrinya, sedangkan 11orang (31.4%) menyatakan “kadang-kadang” dan yang menyatakan “jarang sekali “ dan “tidak pernah” sama sekali tidak ada. Berdasarkan persentase di atas dapat penulis simpulkan, bahwa wali santri TPQ Nurul Ummah sering memberi pengarahan kepada putra-putrinya ketika belajar, terbukti dari beberapa respoden tidak ada yang menyatakan jarang sekali dan tidak pernah meskipun ada 31,4% yang menyatakan kadang-kadang. Tabel XVII ORANG TUA YANG SERING MEMBERI PEKERJAAN PADA ANAK KETIKA DI RUMAH Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Ya, sering 7 20% Kadang-kadang 20 57.1% Jarang sekali 6 17.1% Tidak pernah 2 5.7% Jumlah 35 100% Melihat tabel penelitian yang didapat dengan cara penyebaran anket tersebut, menunjukkan bahwa 7orang (20%) responden menyatakan ‘ya,sering’ mereka sering memberi pekerjaan kepada anak ketika di rumah, sedangkan 20 orang (57,1%) mereka meyatakan “kadang-kadang” dan 6 orang (17,1%) menyatakan “jarang sekali” serta 2 orang (5,7%) menyatakan “tidak pernah” memberi pekarjaan kepada anak ketika di rumah. Dari persentase di atas penulis dapat menyimpulkan, bahwa wali santri TPQ Nurul Ummah kebanyakan memberi pekerjaan kepada putra/putrinya ketika di rumah meskipun kadang-kadang hal ini sebenarnya dapat menembah beban anak sehingga ketika anak belajar tidak merasa nyaman, namun ada sisi baiknya memberi pekerjaan pada anak yaitu untuk melatih sianak supaya cepat dewasa.dan melatih anak untuk terampil dalam segala hal. Tabel XVIII FREQUENSI ORANG TUA YANG MENDAMPINGI ANAK KETIKA ANAK SEDANG BELAJAR MATERI YANG DIAJARKAN DI TPQNU Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Ya, sering 18 51.4% Kadang-kadang 13 37.1% Jarang sekali 1 2.9% Tidak pernah 3 8.6% Jumlah 35 100% Dari tabel penelitian yang diperoleh dengan cara menyebarkan angket, menunjukkan bahwa 18 orang (51.4%) dari 35 orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah menyatakan “ya,sering” mereka mendampingi anak ketika sedang belajar materi yang diajarkan di TPQ Nurul Ummah, sedangkan 13 orang (37.1%) menyatakan “kadang-kadang” dan yang menyatakan “jarang sekali” hanya 1 orang (2,9%), sedangkan yang menyatakan “tidak pernah” sebayak 3 orang (8.6%). Dari persentase diatas dapat dilihat, bahwa wali santri TPQ Nurul Ummah mempunyai kepedulian terhadap anaknya dalam belajar yaitu dengan cara mendampingi putra/putrinya ketika sedang belajar. Walaupun ada beberapa orang tua yang menyatakan jarang sekali atau tidak pernah mendampingi anak dalam belajar hal ini disebabkan kesibukan orang tua namun ketika penulis wawancara dengan salah satu santri yang orang tuanya sibuk, dia ketika belajar didampingi oleh pembantunya. Tabel XIX PENDAPAT ORANG TUA KETIKA PUTRA/PUTRINYA BELAJAR AL-QUR’AN DENGAN METODE QIRAATI Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Sangat tepat 19 54.3% Tepat 16 45.7% Tidak tahu - - Salah - - Jumlah 35 100 Melihat tabel penelitian yang didapat dengan cara penyebaran angket tersebut, menunjukkan bahwa 19 orang (54,3%) dari 35 responden mereka menyatakan “sangat tepat” bahwa putra/putrinya belajar Al-Qur’an dengan metode qiraati, sedangkan 16 orang (45.7%) mereka menyatakan “tepat”, sedangkan yang menyatakan “tidak tahu’ dan “salah” tidak ada sama sekali. Dari persentase di atas dapat penulis simpulkan bahwa metode qiraati sangat tepat ketika digunakan untuk mempelajari Al-Qur’an khususnya di TPQ Nurul Ummah. Tabel XX PENDAPAT ORANG TUA TENTANG METODE QIRAATI SUDAH SESUAI DENGAN MATERI YANG DIAJARKAN DI TPQNU Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Sangat sesuai 11 31.4% Sesuai 23 65.7% Tidak tahu 1 2.9% Tidak sesuai - - Jumlah 35 100% Dari tabel penelitia yang didapat dengan cara meyebarkan angket kepada wali santri TPQ Nurul Ummah, menunjukkan bahwa 11orang ( 31.4%) menyatakan “sangat sesuai” materi yang diajarkan di TPQ Nurul Ummah dengan metode qiraati. Sedangkan 23 Orang (65.7%) mereka menyatakan “sesuai” dan yang menyatakan “tidak tahu” hanya 1 orang (2,9%) sedangkan yang menyatakan “tidak sesuai” tidak ada sama sekali. Berdasarkan persentase di atas dapat penulis simpulkan, bahwa orang tua (wali santri TPQ Nurul Ummah) berpendapat mengenai materi yang diajarkan di TPQ Nurul Ummah sesuai dengan metode qiraati. Hal ini berdasarkan persentase yaitu 31.4% menyatakan sangat sesuai dan 65.7% menyatakan sesuai. Tabel XXI FREQUENSI ORANG TUA YANG MENGANTAR PUTRA/PUTRINYA KETIKA BERANGKAT NGAJI Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Sangat sering 26 74.3% Sering 8 22.9% Kadang-kadang 1 2.9% Tidak pernah - - Jumlah 35 100% Dari tabel penelitian yang didapat dengan cara penyebaran angket, menunjukkan bahwa 26 orang (74.3%) dari 35 orang tua (wali santri TPQ Nurul Ummah sebagai responden mereka menyatakan “sangat sering” mengantar pura/putrinya ketika berangkat ngaji di TPQ Nurul Ummah,sedangkan 8 orang (22.9%) menyatakan ‘sering’ dan yang menyatakan kadang-kadang hanya 1 orang (2.9%), sedangkan yang menyatakan “tidak pernah” sama sekali tidak ada. Berdasarkan persentase tersebut di atas dapat penulis simpulkan, bahwa orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah sangat sering mengantar putra/putrinya ketika berangkat ngaji di TPQ Nurul Ummah hal ini menurut pengamatan dari penulis disebabkan karena jarak antara rumah dengan TPQ Nurul Ummah berjauhan dan beberapa wali santri yang menyatakan kadang-kadang ini karena jarak antara rumah dengan TPQ Nurul Ummah berdekatan. Tabel XXII FREQUENSI ORANG TUA YANG MENDAMPINGI ANAKNYA KETIKA MENGAJI DI TPQNU Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Sangat sering 2 5.7% Sering 4 11.4% Kadang-kadang 10 28.6% Tidak pernah 19 54.3% Jumlah 35 100% Melihat tabel penelitian yang di dapat dengan cara penyebaran angket tersebut, menunjukkan bahwa 2 orang (5.7%) dari 35 responden menyatakan “sangat sering” mereka mendampingi anaknya ketika mengaji di TPQ Nurul Ummah, sedangkan 4orang (11,4%) menyatakan “sering” dan 10 orang (28,6%) menyatakan “kadang-kadang” sedangkan 19 orang (54,3%) menyatakan tidak pernah. Dari persentase di atas dapat penulis simpulkan, bahwa orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah sebagian besar tidak pernah mendampingi puta-putrinya. Hal ini disebabkan karena anak sudah mandiri karena obyek yang penulis teliti hanya pada jilid III ke atas sehingga santri sudah merasa senang dan nyaman belajar di TPQ Nurul Ummah, namun ketika melihat pada anak-anak yang masih jilid satu kebanyakan santri minta didampingi orang tua terutama ketika awal-awal masuk di TPQ Nurul Ummah. Tabel XXIII PENDAPAT ORANG TUA TENTANG MATERI YANG DIAJARKAN USTADZ/AH KEPADA SANTRI Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Sangat cocok 11 31.4% Cocok 15 42.9% Cukup/sedang 9 25.7% Tidak cocok - - Jumlah 35 100% Tabel penelitian yang didapat dengan cara penyebaran angket tersebut, menunjukkan bahwa 11 orang (31.4%) dari 35 responden mereka menyatakan “sangat cocok” tentang materi yang diajarkan ustadz kepada santri di TPQ Nurul Ummah, sedangkan 15 orang (42.9%) menyatakan “cocok”, dan yang menyatakan “cukup/sedang” sebanyak 9 orang (25.7%),sedangkan yang menyatakan “tidak cocok”sama sekali tidak ada. Berdasarka persentase terbesar, dapat penulis simpulkan bahwa orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah berpendapat cocok tentang materi yang diajarkan uatadz/ah kepada santrinya. Tabel XXIV ORANG TUA YANG MEMBERIKAN HADIAH KETIKA ANAK LULUS DALAM UJIAN KENAIKAN TINGKAT/JILID Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Sering 3 8.6% Kadang-kadang 19 54.3% Tidak pernah 12 34.3% Tidak tahu 1 2.9% Jumlah 35 100% Berdasarkan tabel penelitian yang didapat dengan cara penyebaran angket tersebut, menunjukkan bahwa 3 orang (8.6%) menyatakan ‘sering’ memberi hadiah ketika anak lulus ujian kenaikan tingkat/jilid di TPQ Nurul Ummah, sedangkan 19 orang (54.3%) menyatakan “kadang-kadang” dan yang menyatakan “tidak pernah” sebanyak 12 orang (34.3%), sedangkan yang menyatakan “tidak tahu” hanya 1 orang (2,9%). Dari persentase di atas dapat penulis simpulkan, bahwa orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah masih kurang memberi perhatian kepada anak terutama ketika anak lulus dalam ujian kenaikan baik itu kenaikan jilid maupun kenaikan tingkat. Hal ini sebenarnya dapat memberi pengaruh terhadap anak ketika dalam belajar, anak ketika belajar tentunya mempunyai harapan atau imbalan yang akan diberikan oleh orang lain. Sehingga apabila orang tua yang sering memberi hadiah kepada anaknya ketika lulus dalam ujian akan memeberikan motivasi tersendiri pada anak. Tabel XXV PENDAPAT ORANG TUA PADA ANAKNYA YANG MERASA SENANG BELAJAR DI TPQNU Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Sangat merasa senang 10 28.6% Merasa senag 24 68.6% Gelisa 1 2.9% Sangat gelisah - - Jumlah 35 100% Dari tabel penelitian yang didapat dengan cara menyebarkan angket kepada orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah, maka menunjukkan bahwa 10 orang (28.6%) dari 35 responden menyatakan “sangat merasa senang” anak belajar di TPQ Nurul Ummah, sedangkan 24 orang (68.6%) menyatakan anaknya “merasa senang” dan 1 orang (2.9%) menyatakan anaknya “gelisa”, sedangkan yang menyatakan anaknya merasa “sangat gelisa” tidak ada sama sekali. Berdasarkan persentase di atas, penulis dapat menyimpulkan menurut pendapat orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah, bahwa anak belajar di TPQ Nurul Ummah pada umumnya merasa senang meskipun ada 2.9% dari responden yang menyatakan gelisa, berdasarkan pengamatan peneliti hal ini disebabkan karena ada beberapa santri nakal yang sering mengganggu temannya sehingga anak merasa gelisa. Tabel XXVI PENDAPAT ORANG TUA MENGAPA MEMILIH TPQNU SEBAGAI TEMPAT ANAKNYA UNTUK BELAJAR MENGAJI Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase Karena metode pengajarannya sangat baik 25 71.4% Ustadz/ustadzahnya terdiri dari santri pondok pesantren 7 20% Ikut-ikutan teman 1 2.9% lainnya 2 5.7% Jumlah 35 100% Melihat tabel penelitian yang didapat dengan cara penyebaran angket tersebut, menunjukkan bahwa 25 orang (71.4%) orang tua (wali santri) TPQ Nurul Ummah menyatakan “metode pengajarannya sangat baik” ketika berpendapat mengapa memilih TPQ Nurul Ummah sebagai tempat anaknya untuk belajar mengaji. sedangkan 7 orang (20%) menyatakan ‘ustadz/ustadzahnya terdiri dari santri pondok pesantren, dan 1 orang (2.9%) menyatakan “ikut-ikutan teman” dan orang tua (wali santri TPQ Nurul Ummah yang menyatakan “lainnya’ 2 orang (5.7%). Dari persentase di atas dapat penulis simpulkan, bahwa kebanyakan wali santri memilih TPQ Nurul Ummah karena metode pengajarannya sangat baik,meskipun ada 20% dari responden yang menyatakan ustadz/ustadzahnya terdiri dari santri pondok pesantren dan 2.9% hanya ikut-ikutan teman. Selain itu juga ada yang berpendapat yakin dan mantap di TPQ Nurul Ummah karena kegiatan belajar-mengajarnya masuk setiap hari sehinga melatih untuk disiplin dan dibandingkan dengan tempat yang lain anak cenderung lebih suka banyak bermain ketika di tempat lain. Dari beberapa tabel yang penulis dapatkan dengan melalui penyebaran angket maka peranan orang tua terhadap anaknya dalam mempelajari Al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah adalah sebagaimana tabel berikut : Tabel XXVII PERAN ORANG TUA TERHADAP ANAKNYA DALAM MEMPELAJARI AL-QUR’AN DI TPQ NURUL UMMAH Peran orang tua pada anak Frekuensi Persentase Berperan 12 34,3% Kurang berperan 18 51.4% Tidak berperan 5 14.3% Jumlah 35 100% Melihat tabel penelitia yang didapat dari penyebaran angket, maka menunjukkan bahwa 12 orang (34.3%) meyatakan “Berperan” sedang kan yang menyatakan “Kurang berperan” adalah 18 orang (51.4%) dan yang menyatakan “tidak berperan” sebanyak 5 Orang (14.3%). Berdasarkan persentase tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa peran orang tua terhadap anaknya dalam mempelajari al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah dapat dikatakan belum sepenuhnya berperan terbukti dari 35 responden yang berperan haya 35.3% atau 12 orang saja. Dan dalam tabel ini penulis menggabungkan dari beberapa jawaban dalam angket yang dianggap dapat mewakili peran orang tua terhadap anaknya diantaranya yaitu : 1. Peran orang tua dalam mendampingi anak ketika sedang belajar materi yang diajarkan dari TPQ Nurul Ummah. 2. Orang tua/wali santri yang mengarahkan kepada anaknya dalam belajar. 3. Orangtua/wali santri yang mengantar anaknya ketika berangkat mengaji dan pulang dari TPQ Nurul Ummah. 4. Orang tua/wali santri yang menyuruh mengulang materi yang telah diajarkan di TPQ NurulUmmah. 5. Orang tua / wali santri yang menyuruh mempelajari materi yang akan diajarkan di TPQ Nurul Ummah. 6. Orang tua /wali santri yang memberi hadiah ketika anaknya lulus baik lulus dalam setiap pertemuan maupun lulus ketika kenaikan jilid atau tingkat. Dalam hal ini maka penulis memberi sekor pada jawaban wali santri yang telah menjawab pertanyaan pada angket sehingga penulis dapat menyimpulkan sebagaimana tabel di atas. Adapun sekor yang dibuat penulis yaitu ketika wali santri menjawab A maka sekornya 4, ketika wali santri menjawab B maka sekornya 3, ketika menjawab C maka sekornya 2 dan ketika menjawab D maka sekornya 1, untuk mengkategorikan wali santri yang berperan maka jumlah sekor yang penulis buat yaitu antara 20-24, sedangkan orang tua yang kurang berperan antara sekor 16-19 dan sekor orang tua yang tidak berperan antara sekor 6-15. C. Keberhasilan Anak (santri) TPQ Nurul Ummah dalam Mempelajari Al-Qur’an dengan Metode Qiraati Dalam uraian ini penulis akan menyajikan data-data tentang hasil yang telah dicapai santri (siswa) TPQ Nurul Ummah terkait dengan peranan orang tua dalam keberhasilan mempelajari Al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah. Apakah mempunyai hubungan antara peranan orang tua dengan keberhasilan anak dalam mempelajari AL-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah atau tidak, sebab peran orang tua dalam pendidikan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Adapun mengingat banyaknya santri di TPQ Nurul Ummah apabila penulis teliti semua akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga penulis membatasi obyek dalam penelitian kali ini yaitu penulis hanya meneliti lamanya anak ketika menempuh jilid I A sampai III B karena menurut penulis ketika anak telah menempuh jilid IV dapat dikatakan berhasil, hal ini dijadikan penulis sebagai pedoman kerena ketika anak sudah menempuh jilid IV ke atas maka anak tersebut dapat dikatakan lencar dalam membaca Al-Qur’an. bahkan apabila dibandingkan antara anak jilid IV yang menggunakan metode qiraati dengan anak yang telah sampai Al-Qur’an tetapi dengan metode lainnya dapat dikatakan masih bagus bacaannya anak yang jilid IV dengan menggunakan metode qiraati. Adapun tolak ukur yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan setandar kelulusan atau data rata-rata kanaikan tingkat atau jilid di TPQ Nurul Ummah yaitu penulis gambarkan sebagai berikut ; Tabel XXVII STANDAR KENAIKAN TINGKAT/JILID QIRAATI DI TPQ NURUL UMMAH KELAS WAKTU (HARI) I A 35 I B 30 II A 35 II B 35 III A 35 III B 35 JUMLAH 205 Dari tabel standar kenaikan tingkat atau jilid di TPQ Nurul Ummah yang penulis tetapkan, maka dari sini dapat melihat keberhasilan santri dalam memepelajari Al-Qur’an dengan metode Qiraati di TPQ Nurul Ummah. Dan dalam pembahasan kali ini penulis akan memberikan data antara santri yang orang tuanya berperan, kurang berperan dan orang tua yang tidak berperan dalam keberhasilan anak/santri ketika belajar al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah, namun sebagaimana yang telah disebutkan di atas penulis hanya meneliti ketika santri menempuh dari jilid I A sampai jilid III B. adapun tabel yang penulis peroleh dari penyebaran angket dan dari buku prestasi santri adalah sebagai berikut ; Tabel XXVIII DATA HASIL KENAIKAN JILID/KELAS IA SAMPAI IIIB YANG ORANG TUANYA BERPERAN Kenaikan jilid Frekuensi Persentase Lebih dari 205 Hari - - Kurang dari 205 Hari 12 100% Jumlah 12 100% Melihat tabel penelitian yang penulis dapatkan dari lapangan, maka menunjukkan bahwa sebanyak 12 santri (100%) dari 12 anak yang orang tuanya berperan ketika santri menempuh jilid IA sampai III B membutuhkan waktu kurang dari 205 hari sedangkan yang membutuhkan waktu lebih dari 205 hari dalammenempuh jilid I A sampai III B tidak ada sama sekali. Dari persentase tersebut dapat penulis simpulkan bahwa ketika orang tua berperan ketika anak mempelajari al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah maka dapat tidak melebihi batas waktu yang penulis tetapkan ketika santri menempuh jilid I A sampai III B yaitu sebanyak 205 hari, hal ini dikarenakan ketika anak yang orang tuanya berperan maka anak akan selalu terkontrol baik dalam belajarnya yaitu dengan mengulangi materi yang telah diberikan maupun ketika belajar materi yang akan diajarkan di TPQ Nurul Ummah. Selain itu ketika orang tua berperan dalam pendidikan maka kebiasaan anak dalam belajar akan tumbuh sejak masih kecil sehingga terbiasa untuk belajar. Tabel XXIX DATA HASIL KENAIKAN JILID/KELAS IA SAMPAI IIIB YANG ORANG TUANYA KURANG BERPERAN Kenaikan jilid Frekuensi Persentase Lebih dari 205 Hari 7 38.9% Kurang dari 205 Hari 11 61.1% Jumlah 18 100% Melihat tabel penelitian yang penulis dapatkan dari lapangan, maka menunjukkan bahwa sebanyak 7 santri (35.9%) dari 18 santri yang orang tuanya kurang berperan ketika santri menempuh jilid IA sampai III B membutuhkan waktu kurang lebih 205 hari sedangkan yang membutuhkan waktu kurang dari 205 hari dalam menempuh jilid I A sampai III B sebanyak 11 santri (61.1%). Dari persentase tersebut di atas dapat penulis simpulkan bahwa ketika orang tua kurang berpera maka anak akan cenderung lambat dalam belajar terutama ketika mempelajari al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah karena di TPQ Nurul Ummah dalam pembelajarannya menggunakan metode qiraati yang menuntut santri untuk selalu belajar menurut pengamatan penulis ketika santri yang orang tuanya kurang berperan santri tersebut ketika di rumah jarang belajar materi yang diajarkan di TPQ Nurul Ummah sehingga ketika santri sorogan banyak yang belum lulus sehingga satu halaman bisa diulang ulang sampai beberapa pertemuan. Tabel XXX DATA HASIL KENAIKAN JILID/KELAS IA SAMPAI IIIB YANG ORANG TUANYA TIDAK BERPERAN Kenaikan jilid Frekuensi Persentase Lebih dari 205 Hari 4 80% Kurang dari 205 Hari 1 20% Jumlah 5 100% Dari tabel penelitian yang penulis dapatkan dari lapangan, maka menunjukkan bahwa sebanyak 4 santri (80%) dari 5 santri yang orang tuanya tidak berperan ketika santri menempuh jilid IA sampai III B membutuhkan waktu lebih dari 205 hari, sedangkan yang membutuhkan waktu kurang dari 205 hari dalam menempuh jilid I A sampai III B sebanyak 1 santri (20%). Berdasarkan dari persentase tersebut maka penulis dapat menyinmpulkan bahwa santri yang orang tuanya tidak berperan maka santri tersebut cenderung lama naik jilid atau naik tingkat menurut pengamatan dari penulis ketika anak yang orang tuanya tidak berperan, maka anak tesebut ketika dalam sorogan kepada ustadznya tidak bisa lulus dalam satu kali pertemuan. Hal ini disebabkan adanya kurang semangat dalam belajar pada anak yang orang tuanya tidak berperan. Sehingga anak hanya belajar ketika di kelas saja. Jadi antara orang tua yang berperan terhadap anaknya dengan orang tua yang tidak berperan maka dapat penulis gambarkan sebagaimana tabel berikut ; Tabel XXXI PERAN ORANG TUA DAN KEBERHASILAN ANAK DALAM MEMPELAJARI AL-QUR’AN DENGAN METODE QIRAATI DI TPQNU Hari yang ditempuh Orangtua yang berperan Orangtua yang kurang berperan Orangtua yang tidak berperan Lebih dari 205 hari - 38.9% 80% Kurang dari 205 hari 100% 61.1% 20% Jumlah 100% 100% 100% Dari tabel tersebut tersebut di atas ketika anak belajar al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah antara orang tua/wali santri yang berperan, kurang berperan dan wali santri yang tidak berperan, maka dapat penulis simpulkan bahwa semakin wali santri berperan dalam kegiatan belajar anak (santri) ketika mempelajari al-Qur’an dengan menggunakan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah maka semakin cepat lulusnya atau semakin cepat naik jilidnya, hal ini terbukti bahwa santri yang wali santrinya ikut berperan ketika anak mempelajari al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah menunjukkan 100% berhasil dari 12 santri. Dan ketika wali santri kurang berperan ketika anak mempelajari al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah menunjukkan 61.1% santri yang berhasil dari 18 santri dan ketika wali santri tidak berperan ketika anak mempelajari al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah menunjukkan hanya 20% santri yang dapat berhasil dari 5 santri. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan masing-masing bab yang telah lalu, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Usaha-usaha yang dilakukan orang tua terhadap anaknya dalam mempelajari al-Qur’an di Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta, yaitu sebagai berikut : a. Melahirkan motivasi bagi putra/putrinya untuk terus belajar Al-Qur’an dengan giat. b. Konsisten dalam membantu putra/putrinya dengan pengawasan dan bimbingan. c. Mempersiapkan tempat belajar. d. Memperhatikan kesehatan dan gizinya. e. Melakukan proses pengulangan dari satu waktu ke waktu yang lainnya f. Menyuruh rajin masuk dan menggugah kesadaran untuk belajar g. Mengantar putra/putrinya ketika berangkat ke TPQ Nurul Ummah serta menjemput ketika anak sudah pulang. h. Menyuruh belajar dengan cara didampingi atau diawasi dan menyuruh belajar sendiri. i. Mendo’akan putra-putrinya. 2. Peran orang tua terhadap anak ketika anak belajar al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah dapat dikatakan kurang berperan, hal ini terbukti bahwa dari 35 responden mereka menunjukkan hanya 34.3% wali santri yang ikut berperan ketika anak dalam mempelajari Al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah. 3. Hasil dari peran serta orang tua ketika anak mempelajari Al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah menunjukkan bahwa ketika orang tua semakin berperan maka santri semakin cepat lulus atau cepat naik jilid. Hal ini terbukti bahwa dari 12 santri yang orang tuanya berperan dapat dikatakan 100% lulus lebih cepat dari rata-rata kenaikan jilid/tingkat yang ditentukan. ketika santri yang orang tuanya kurang berperan dari 18 santri menunjukkan 60,1% santri yang lulus lebih cepat dari setandar kelulusan, sedangkan anak yang orang tuanya tidak berperan dari 5 santri menunjukkan hanya 20 % saja yang dapat lulus lebih cepat dari standar kelulusan. Berdasarkan persentase tersebut, maka ketika orang tua atau wali santri TPQ Nurul Ummah semakin berperan terhadap anaknya yang sedang mempelajari al-Qur’an dengan metode qiraati di TPQ Nurul Ummah maka anak tersebut lebih cepat lulus atau lebih cepat naik jilid daripada santri yang orang tuanya tidak berperan yaitu membutuhkan waktu yang lebih banyak dari waktu standar kelulusan di TPQ Nurul Ummah. Saran-saran Dari beberapa kesimpulan tersebut, penyusun merasa perlu memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Perlunya peran orang tua dalam pendidikan anak terutama ketika anak mempelajari Al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah karena di TPQ Nurul Ummah dalammempelajari Al-Qur’an menggunakan metode qiraati sehingga santri dituntut untuk rajin dalambelajar. 2. Perlunya adanya pendampingan wali santri terhadap anak ketika anak sedang belajar dirumah. 3. Perlunya keseriusan santri dalammempelajari Al-Qur’an dan keseriusan orang tua ketika menitipkan anaknya untuk belajar mengaji Al-Qur’an di TPQ Nurul Ummah. Karena Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang dapat menuntun kita kejalan yang di ridhoi Allah SWT. 4. Perlu adanya kegiatan yang dapat menyosialisasikan tentang metode pembelajaran qiraati pada wali santri. Dan adanya forum dialog antara wali santri dengan ustadz/ah. B. Kata Penutup Alhamdulillah, penulis sanjungkan kehadirat Allah SWT. Karena penulis dapat melakukan penelitian dan pada akhirnya mampu menyusun dalam sebuah karya, sesuai kadar kemampuan penulis. Tanpa pertolongan dan petunjuk-Nya, penulis yakin tak ada daya guna membuat karya ini. Demikianlah kiranya yang dapat penulis kemukakan setelah menganalisis peranan orang tua terhadap keberhasilan anak dalam mempelajari Al-Qur’an dengan metode qiraati di Taman Pendidikan Al-Qur’an Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta. Tentu saja dalam melakukan penganalisaan banyak sekali kekurangan dan kesalahan. Sebagai manusia biasa, penulis menyadari akan kekurangan tersebut, terutama dalam hal pengetahuan yang berhubungan dengan analisa peranan orang tua terhadap keberhasilan anak. Akhirnya, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan masukan dari berbagai pihak, khususnya yang konsen dalam peranan orang tua dalam keberhasilan anak terhadap hasil penganalisaan ini. Sehingga karya tulis ini dapat dijadikan rujukan dalam penulisan dengan obyek yang sejenis. Semoga, meskipun sedikit dan apa adanya, kehadiran hasil penelitian ini membawa manfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya, Amin. Yogyakarta, 08 Januari 2009 Penyusun, Baryono NIM: 04471203 DAFTAR PUSTAKA Agus Sujanto 1996, Psikologi Perkembangan, Jakarta : Aksara Baru. Ambo Entre Abdullah 2006, Pendekatan Psikologi Pendidikan Anak,Yogyakarta : Pustaka Timur Anas Sudjono 2004, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Rajawali. _____,1987, Pengantar Statistik Pendidikan Jakarta : Rajawali Pers. Asnelly Ilyas 1998, Mendambakan Anak Saleh : Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam Islam, Bandung : Al-Bayan. Bunyamin Dachlan Memahami Qiraati, Semarang : Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawidin. Depag RI 1993, Al-Qur’an dan Tarjamahnya, Semarang : CV ALWAAH. Depdikbud 1988, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : balai pustaka. Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2004, Pedoman Penulisan Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Syari’ah Pres. Fuaduddin TM. 1999,Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam, Jakarta : Lembaga kajian Agama dan Jender. Fuad Nashori, M.Si. 2005, Profil Orang Tua Anak-anak Berprestasi, Yogyakarta : Insania Cita Press. Hibana S. Rahman, M.Pd. 2002, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta : PGTKI Press. Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail, 1994, Shohih Bukhari, Jilid I, Beirut : Darul Fikr. J.I.G.M.Drost,S.J. 1998,Sekolah Mengajar atau Mendidik ?, Yogyakarta : Kanisius. J.S.Badudu & Sutan Mohammad Zain 1994, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Jamaal ‘Abdur Rahman 2005, Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah, Bandung : Irsyad Baitus Salam. Kofroni Ridwan (dkk), 1990, Ensliklopedi Islam, Yogyakarta : Bina Usaha. Lexy J. Moleong 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Mahmud Muhammad Al-Jauhari & Muhammad Abdul Hakim Khayyal 2005, Membangun Keluarga Qur’ani Panduan untuk Wanita Muslim,Jakarta : AMZAH. Moh. Nasir 1993, Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara. Mohammad Fauzil Adhim 2004, Membuat Anak Gila Membaca, Bandung : PT Mizan Pustaka. Muhaimin 2003, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. I. Muhammad Rasyid Dimas 2005, 25 Kiat Memengaruhi Jiwa dan Akal Anak, Bandung : PT. SyaamilCipta Media Muhammad Tholib, 1996, 50 Pedoman Mendidik Anak Menjadi Shalih, Bandung : Irsyad Baitus Salam (IBS). Nana Sudjana & Ibrahim, 1989, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru. Sarjono Soekanto 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : UI Press. Slamet Sujanto 2005,.Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta:HIKAYAT Publishing. Soerjono Soekamto 1993, Kamus Sosiologi, Jakarta T. Raja Grafindo Persada. Suharsimi Arikunto 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta : PT Rineka Cipta. _____,1983, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta: Bina Aksara. _____,1989, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Bina Aksara. Suhartinah Tirtonegoro Anak Super Normal Dan Program Pendidikan, Jakarta : Bina Aksara Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta. Syaikh Muhammad Said Mursi 2006, Seni Mendidik Anak, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Tim Islam Online 2006, Seni Belajar stretegi Menggapai Kesuksesan Anak, Jakarta : Puataka Al-Kautsar. Umar Hasyim 1983, Anak Shaleh (Cara Mendidik Anak dalam Islam), Surabaya : PT Bina Ilmu. _____,1983, Anak Sholeh Seri II Mendidik Anak dalam Islam, Surabaya : PT.Bina Ilmu Offset. Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, UU RI N0. 20. TH. 2003, Yogyakarta : Delphi. W.J.S. Poerwodarminto 1991, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Warty Soemanto 1990, Psikologi Pendidikan, Jakarta :Rineka Cipta. Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin Empat langkah Pendirian TKQ/TPQ Metode Qiraati, Semarang. Zakiah Darojat 1970, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang WWW. http://syaluna.multiply.com/journal/item/2
 
 
   
 
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free